REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Plt. Direktur Pengelolaan Imunisasi Ditjen P2P Kemenkes RI, dr. Prima Yosephine mengatakan, dua tahun pandemi Covid-19 menyebabkan target imunisasi dasar lengkap (IDL) tidak tercapai. Tercatat, sebanyak 1.714.471 anak Indonesia belum mendapatkan atau melengkapi imunisasi dasarnya sejak 2020 hingga 2021.
Diketahui, dari target 93,6 persen IDL, hanya mencapai rata-rata 84,2 persen di tahun 2020 dan 2021. Padahal Indonesia mencapai 93,7 persen di tahun 2019.
"Kalau diakumulasikan ada sekitar 1,7 juta anak di Indonesia, dari tahun 2020 sampai tahun 2021, 3 tahun terakhir yang belum mendapatkan atau yang belum lengkap cakupan imunisasi dasarnya. Tentu jumlah sebesar ini akan berisiko tinggi akan menyebabkan KLB atau outbreak PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi) di daerah-daerah tertentu," ungkap Prima dalam diskusi daring, Senin (11/4).
Dari 34 provinsi, Jawa Barat menjadi yang terbanyak dengan anak belum melengkapi imunisasi dasar, kemudian disusul Aceh, Sumatra Utara, Riau, Sumatera Barat, dan DKI Jakarta. Beberapa provinsi tersebut, kata Prima, harus mendapatkan intervensi khusus.
"Kita harus lakukan imunisasi kejar di daerah ini," kata dia.
Dikejarnya cakupan imunisasi dasar menurut Prima adalah hal yang wajib dilakukan untuk kembali meningkatkan kekebalan kelompok di masyarakat, dan mencegah penyakit KLB PD3I. Perlu diketahui, penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi adalah, polio, hepatitis B, pertusis, difteri, haemophilus influenzae tipe B, campak dan tetanus.
Dia mengatakan pemerintah pusat perlu mengintervensi pelaksanaan imunisasi dasar pada anak Indonesia. Langkah intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan imunisasi kejar di daerah yang masih memiliki anak belum melengkapi imunisasi dasar. Diharapkan pada Mei mendatang bisa mengejar gap 1,7 juta itu.
"Kalau kita bisa mempertahankan cakupan (imunisasi dasar) tinggi dan merata, maka kekebalan komunitasnya cukup baik," ucapnya.