Saat dia mengunjungi sebuah rumah warga dan memeriksa kompor, ia terkejut melihat sujuk, sosis Turki kering yang difermentasi. Dia membantah keluhan kalangan oposisi tentang tingginya biaya hidup.
“Lihat, mereka punya sujuk di sini. Bukankah mereka hanya mengeluh tentang biaya hidup?” ucap Unal.
Ilmuwan politik dan analis data Abdullah Aydogan mengatakan situasi yang semakin memanas dari pertempuran politik karena tidak terhubungnya realitas populasi secara umum dan anak muda pada proyek dengan hasil yang tidak terduga dari AKP. Misal, organisasi sahur yang boros di Agri mendapat reaksi keras.
“Seharusnya, banyak pemilih muda yang berjuang mengatasi kenaikan harga mengkritik acara tersebut,” ujarnya.
Mengenai reaksi Unal terhadap sujuk, Aydogan mengatakan dalam budaya Anatolia, orang cenderung memperlakukan tamu mereka dengan sangat murah hati. Terutama ketika menjamu tamu yang dianggap istimewa, mereka sering menyajikan makanan yang tidak mampu mereka beli pada hari biasa.
“Mengolok-olok makanan yang disajikan dan komentar tentang biaya hidup adalah kekecewaan besar. Tapi komentarnya itu, dia menegaskan sujuk menjadi makanan yang sangat sulit dijangkau oleh orang biasa,” tuturnya.
https://www.al-monitor.com/originals/2022/04/ramadan-becomes-political-battleground-turkey