Senin 18 Apr 2022 23:53 WIB

Dinkes Kendari: Ada 96 Kasus DBD dan Satu Meninggal

Warga diminta waspada potensi penyebaran DBD.

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Petugas medis memeriksa kondisi pasien anak penderita Demam Berdarah Dengue (DBD). Dinas Kesehatan Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, mencatat 96 warga di daerah itu yang terjangkit penyakit demam berdarah dengue (DBD) dan satu diantaranya dinyatakan meninggal dunia per April 2022.
Foto: ANTARA/Oky Lukmansyah
Petugas medis memeriksa kondisi pasien anak penderita Demam Berdarah Dengue (DBD). Dinas Kesehatan Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, mencatat 96 warga di daerah itu yang terjangkit penyakit demam berdarah dengue (DBD) dan satu diantaranya dinyatakan meninggal dunia per April 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- Dinas Kesehatan Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, mencatat 96 warga di daerah itu yang terjangkit penyakit demam berdarah dengue (DBD) dan satu diantaranya dinyatakan meninggal dunia per April 2022.

"Total kasus DBD di Kendari ada 96 dan satu dinyatakan meninggal dunia per Januari-April 2022," kata Kepala Dinas Kesehatan Kendari Rahminingrum melalui telepon di Kendari, Senin (18/4/2022).

Baca Juga

Dia menyebut, kasus DBD di kota itu tersebar di delapan kecamatan di antaranya Kecamatan Kendari tujuh kasus, Kendari Barar 16, Puuwatu 15, Mandonga dua, Kadia 12, Wua-wua 17, Baruga 17, dan Kecamatan Poasia 10 kasus."Untuk kasus meninggal akibat penyakit DBD ini ada di Kecamatan Wua-Wua," ujar dia.

Dia menjelaskan secara umum kasus DBD di Kota Kendari menurun dalam empat tahun terakhir. Pada 2019 tercatat 450 kasus dengan kasus meninggal dua, Tahun 2020 turun menjadi 307 kasus dengan enam kasus meninggal, serta di 2021 jumlah kasus DBD kembali turun menjadi 211 dengan empat kasus meninggal.

Namun begitu, berdasarkan data terbaru Dinas Kesehatan setempat mencatat, kasus DBD selama 2022 mulai meningkat. Pasalnya, data kasus DBD selama Januari hingga April 2021 sebelumnya tercatat 93 kasus, sedangkan di periode yang sama Januari hingga April 2022 kasus DBD naik menjadi 96.

Ia meminta warga mewaspadai potensi penyebaran DBD, apalagi saat ini dalam kondisi sering terjadi hujan yang akan meninggalkan kubangan atau genangan air yang menjadi tempat potensial berkembang biak nyamuk aedes aegypti. Dia juga mengajak masyarakat di daerah tersebut agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), guna memberantas penyakit demam berdarah dangue.

Selain itu, dia juga meminta masyarakat agar melakukan 3M plus yakni menguras, menutup dan mendaur ulang barang bekas yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk. "Menjaga lingkungan dan membersihkan rumah sendiri, baik di dalam maupun di luar rumah itu penting untuk mencegah DBD termasuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat serta terapkan 3M plus," kata Rahminingrum.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement