REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Perdana Menteri Prancis Jean Castex mengatakan tidak ada jaminan Emmanuel Macron akan menang dalam putaran kedua pemilihan presiden pada 24 April mendatang. Pejawat itu menghadapi kandidat dari sayap kanan Marine Le Pen.
"Permainan belum selesai. Posisi Emmanuel Macron dan Marine Le Pen di level yang sama, tapi terdapat perbedaan penting," kata Castex pada radio France inter, Selasa (19/4/2022).
Le Pen menjadi penantang terkuat Macron yang moderat dalam pemilihan tahun ini. Jajak pendapat menunjukkan Macron akan unggul dalam pemungutan suara yang digelar Ahad (24/4/2022) mendatang.
Macron dan Le Pen berusaha menarik suara yang mendukung kandidat sayap kiri Jean Luc Melenchon. Setelah ia berada di posisi ketiga dalam pemilihan putaran pertama 10 April lalu diperolehan 22 persen suara.
Partai Melenchon tidak memberi instruksi pada simpatisannya untuk mendukung siapa dalam putaran kedua. Setelah konsultasi internal menunjukkan sebagian akan abstain atau memberikan surat suara kosong pada 24 April mendatang. Sehingga menambah ketidakpastian siapa yang akan menjadi pemenang.
Menteri Keuangan Bruno Le Maire mengatakan bila terpilih Le Pen akan "menyerahkan kedaulatan Prancis pada Vladimir Putin dan Rusia". Sebelumnya Le Pen pernah menyuarakan kekagumannya pada presiden Rusia itu.
"Saya mendengar proposal kebijakan internasional Marine Le Pen, adalah akhir dari kedaulatan Prancis," katanya.
Ia menambahkan kemenangan Le Pen akan mengarah pada aliansi dengan Putin. Le Maire yakin Le Pen akan melemahkan perlindungan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan memutus hubungan dengan Jerman.