REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Awal bulan Ramadhan yang jatuh pada 11 Agustus lalu, agaknya membuat kebutuhan masyarakat, khususnya masyarakat Jawa Barat (Jabar), terhadap daging mencapai puncaknya. Harga daging pun mencapai titik tertinggi yaitu Rp 85 ribu hingga Rp 90 ribu tiap kilogram.
Kepala Dinas Peternakan (Disnak) Jabar, Koesmayadi, menyatakan, pencapaian harga daging sapi hingga titik tertinggi ini disebabkan adanya kepanikan pasar mengahadapi bulan puasa. Fenomena ini, lanjutnya, dapat dilihat dari banyaknya ibu-ibu rumah tangga yang membeli daging untuk memenuhi kebutuhan daging selama puasa.
Melihat adanya peningkatan permintaan masyarakat, pedagang daging pun memainkan harga hingga mencapai Rp 90 ribu. Hal ini terungkap saat Disnak Jabar melakukan sosialisasi pada dua wilayah di Jabar, yakni wilayah II Priangan dan wilayah IV Purwakarta, pada Selasa (10/8) lalu.
''Kami mengimbau kepada masyarakat untuk tidak panik. Stok kebutuhan daging di Jabar telah tercukupi,'' ujar Koesmayadi yang ditemui Republika di kantornya, Kamis (12/8) lalu.
Berdasarkan data dari Disnak Jabar, potensi daging sapi lokal dari Jabar, sebanyak 9.850 ton. Sedangkan daging sapi yang dibutuhkan masyarakat Jabar diperkirakan sebanyak 46.650 ton. Kekurangannya telah diatasi dengan daging impor dari provinsi lain serta dari Australia.
Koesmayadi menambahkan, masyarakat tidak perlu panik menghadapi kenaikan harga pada daging sapi maupun ayam. Pasalnya gejolak harga tersebut, lanjutnya, dapat terjadi dalam hitungan jam. Misalnya, ia menyontohkan, harga daging sebesar Rp 70 ribu pada pukul 05.00 WIB dapat mencapai Rp 85 ribu pada dua hingga tiga jam kemudian. "Kenaikan harga tersebut karena umumnya ibu-ibu rumah tangga kerap berbelanja pada jam-jam tersebut. Lalu pada beberapa jam kemudian, harga dapat turun kembali," jelasnya.