REPUBLIKA.CO.ID, LAHORE -- Perdana Menteri Pakistan yang digulingkan Imran Khan menuntut pemilihan baru, Kamis (21/4/2022). Khan bersama lebih dari 100 anggota parlemen di majelis rendah parlemen mengundurkan diri setelah kehilangan mosi tidak percaya yang digerakkan oleh oposisi.
"Siapa pun yang melakukan kesalahan, hanya ada satu cara untuk memperbaikinya dengan mengadakan pemilihan sesegera mungkin," kata Khan di hadapan puluhan ribu orang di timur kota Lahore.
Pertemuan publik besar itu adalah yang ketiga sejak dia digulingkan oleh kekuatan oposisi yang bersatu. Khan meminta para pendukungnya bersiap untuk seruannya untuk berbaris menuju Islamabad jika permintaannya untuk mengadakan pemilihan umum baru ditunda.
"Tunggu panggilan saya," kata Khan.
Sedangkan Perdana Menteri baru Shehbaz Sharif sebelumnya telah menunjuk kabinet koalisi multi-partai. Dalam Kabinet baru ini terdiri dari mantan saingan politik dalam kubu oposisi yang bersatu untuk menggulingkan Khan.
Khan tetap menentang mosi tidak percaya yang diajukan parlemen hingga saat ini. Dia menolak tuduhan oposisi yang menyatakan pemerintahannya salah urus dan menuduh penggulingannya sebagai bagian dari konspirasi Amerika Serikat. Klaim itu pun telah dibantah langsung oleh Washington.
Penggulingan Khan terjadi di tengah hubungannya yang mendingin dengan militer. Tentara telah memerintah Pakistan secara langsung selama lebih dari setengah dari 75 tahun sejarah kemerdekaan. Militer memiliki peran kuat secara tidak langsung ketika pemerintah sipil memerintah.