REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sutradara Alex Kurtzman mengingat kembali film yang diarahkannnya pada 2017, The Mummy, yang dibintangi oleh Tom Cruise. Ia melihat film reboot itu sebagai kegagalan terbesar dalam hidupnya, baik secara pribadi maupun profesional.
“Saya cenderung menganut sudut pandang bahwa kita tidak belajar apa pun dari kesuksesan kita, tapi kita belajar segalanya dari kegagalan kita,” kata Kurtzman saat menjadi tamu dalam podcast The Playlist's Bingeworthy.
Dilansir dari People, Senin (25/4/2022), ia menyebut ada sekitar satu juta hal yang ia sesali tentang dirinya, tapi itu memberinya begitu banyak hadiah yang sangat indah. Cruise membintangi film itu sebagai Sersan Angkatan Darat AS Nick Morton, yang secara tidak sengaja mengganggu makam kuno seorang putri mumi (Sofia Boutella). Annabelle Wallis, Jake Johnson, Courtney B Vance, dan Russell Crowe, juga termasuk di antara para pemerannya.
Film itu dikritik oleh para kritikus, dan beberapa orang menyebutnya ‘dead on arrival’ ketika diputar di bioskop. Film itu dilaporkan menelan biaya Universal Studios hampir 95 juta dolar AS atau setara Rp 1,3 triliun. IndieWire menyebut itu sebagai film terburuk Tom Cruise.
Melihat kembali proses produksi dalam wawancara tersebut, Kurtzman menekankan betapa muda dan barunya dia dalam bisnis penyutradaraan pada saat dia memfilmkan The Mummy, dan seberapa besarnya ia bertumbuh sejak itu.
“Saya tidak menjadi sutradara sampai saya membuat film itu, dan itu bukan karena disutradarai dengan baik (justru karena tidak baik). Saya tidak akan mengerti banyak hal yang sekarang saya pahami, tentang apa artinya menjadi seorang sutradara jika saya tidak melalui pengalaman itu,” kata Kurtzman.
Pada saat dia menyutradarai The Mummy, Kurtzman belum pernah mengambil gambar dengan skala sebesar itu. Meskipun dia menyebut produksi itu nekat, dia juga mengatakan bahwa dia tidak bisa lebih bersyukur atas pengalaman itu, dan bagaimana hal itu mengajarinya untuk berbicara dengan diri sendiri.
“Saya sangat bersyukur telah diberi kesempatan untuk melakukan kesalahan itu, karena itu membangun kembali saya menjadi pribadi yang lebih tangguh, dan juga membangun kembali saya menjadi pembuat film yang lebih jernih,” ujar Kurtzman menjelaskan.
Bagi dia, itu merupakan hadiah nyata dan ia merasakannya sepanjang waktu. Karena ketika ia merasa tidak karuan, ia tidak akan tinggal diam lagi. Ia benar-benar akan melakukan sesuatu untuk menyingkirkan perasaan itu. Ia juga tidak akan bisa seperti sekarang, jika ia tidak melalui pengalaman buruk tersebut.