REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Rumadi Akhmad mengatakan, secara keagamaan, Idul Fitri merupakan momentum spiritual bagi umat Islam setelah puasa Ramadhan dan menjadi simbol kembalinya kesucian rohani. Hari Raya Idul Fitri, kata dia, bukan hanya sebuah perayaan keagamaan, tapi juga perayaan sosial.
Sementara secara sosial, ujar dia, Idul Fitri telah menjadi perayaan kebudayaan seluruh masyarakat dan momentum perekat sosial. "Dengan adanya kebijakan pelonggaran pada Idul Fitri tahun ini, masyarakat bisa mudik dan bersilaturahmi dengan keluarga. Ini momentum untuk memperkuat kembali kerekatan relasi sosial, yang sebelumnya sempat terputus karena pandemi," kata Rumadi, dikutip dari siaran resmi KSP, Senin (2/5/2022).
Menurutnya, terbangunnya kembali kerekatan relasi sosial melalui perayaan Idul Fitri akan menjadikan masyarakat Indonesia semakin tangguh. Terutama menghadapi krisis ekonomi global yang saat ini terjadi.
Rumadi melanjutkan, semakin banyak keterlibatan sosial warga, mereka akan semakin bahagia serta tidak terpengaruh krisis ekonomi yang menghantam. "Secara finansial, krisis ini memang merugikan, tapi dengan kerekatan sosial yang ada, efek psikologisnya bisa diredam," jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Rumadi juga mengingatkan umat Islam, untuk tidak euforia berlebihan dan tetap memperhatikan protokol kesehatan saat merayakan Idul Fitri 1443 hijriah.
"Sebab kita masih dalam suasana pandemi Covid-19. Kami imbau masyarakat tetap perhatikan prokes saat merayakan Idul Fitri. Jangan lengah dan abai meski banyak pelonggaran yang diberikan pemerintah," kata Rumadi.