Selasa 10 May 2022 22:00 WIB

Antisipasi Kasus Hepatitis Anak, Orang Tua Diminta tak Tambah Durasi Libruan

Waktu libur yang diperpanjang bisa digunakan untuk beristirahat.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Dwi Murdaningsih
Orang tua diimbau untuk mengingatkan kepada anaknya rajin mencuci tangan dengan sabun untuk mencegah hepatitis.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Orang tua diimbau untuk mengingatkan kepada anaknya rajin mencuci tangan dengan sabun untuk mencegah hepatitis.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekolah di wilayah provinsi DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat (Jabodetabek) memperpanjang libur sekolah sampai 11 Mei 2022 dan kembali masuk keesokan harinya. Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) mengimbau orang tua dan siswa tidak menambah durasi liburan mengunjungi tempat wisata. 

"Waktu tambahan liburan siswa baiknya dimanfaatkan untuk istirahat di rumah, apalagi akhir Mei dan awal Juni sudah kenaikan kelas ada Ujian Akhir Semester," ungkap Koordinator Nasional P2G Satriwan Salim seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Selasa (10/5/2022).

 

Bahkan, kelas XII SMA/SMK/Madrasah Aliyah akan menghadapi UTBK dan Ujian Mandiri masuk PTN. Jadi daripada menambah waktu berwisata, lebih baik anak-anak fokus belajar dengan tekun, menyiapkan rangkaian ujian tersebut agar hasilnya maksimal.

 

P2G juga mendorong sebelum masuk mulai PTM Kamis (12/5/2022) siswa melakukan tes swab Polymerase Chain Reaction (PCR). Sebagai langkah deteksi dan mengantisipasi penyebaran Covid-19 pascaliburan.

 

"Kami mendorong Dinas Pendidikan dan sekolah tiap daerah memfasilitasi swab pcr bagi siswa, bisa dilakukan acak. Agar siswa masuk PTM benar-benar kondisi sehat dan fit," ujar Satriwan.

 

Perihal munculnya kasus hepatitis misterius yang menyerang anak, ia meminta ini patut menjadi perhatian serius Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kementerian Agama (Kemenag), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Pemerintah Daerah (Pemda), dan Sekolah. P2G cukup khawatir ini kemudian berubah menjadi pandemi terhadap anak.

 

perhatian lebih, khususnya bagi anak usia Play Group (Day Care), PAUD/TK, dan SD/MI. Harus menjadi kesadaran kolektif, khususnya bagi guru, siswa, dan orang tua.

Sementara itu, Kepala Bidang Advokasi P2G, Iman Zanatul Haeri menambahkan, Surat Edaran kepada warga sekolah seperti guru, siswa, orang tua, dan warga sekolah lainnya sangat penting.

 

"Agar warga sekolah memiliki pemahaman yang baik, khususnya terkait kasus hepatitis misterius anak. Apa saja indikasi gejala, faktor penyebab, langkah pencegahan, serta kiat hidup bersih demi menjaga anak agar tidak tertular," katanya.

 

Ia menambahkan, P2G mendesak Kemdikbudristek, Kemenag, dan Pemda meningkatkan pengawasan dan mengevaluasi ketaatan protokol kesehatan di sekolah termasuk pelaksanaan prinsip adaptasi kebiasaan baru (AKB). Sebab P2G masih menemukan banyaknya pelanggaran prokes di sekolah setelah kebijakan PTM 100 persen dimulai beberapa bulan lalu.

 

"Prokes banyak dilanggar warga sekolah, baik siswa maupun guru makin tak disiplin prokes. Apalagi pascamudik lebaran ini. Mestinya warga sekolah jangan dulu euforia, status Covid-19 masih pandemi belum endemi," katanya.

 

Iman melanjutkan, P2G berharap langkah-langkah pencegahan penularan dan disiplin prokes di sekolah adalah upaya yang sangat penting dan strategis untuk menurunkan angka sebaran Covid-19 dan khususnya lagi, demi mencegah jauh-jauh hari agar kasus hepatitis misterius anak tidak kemudian hari berubah menjadi pandemi, yang kembali akan berdampak terhadap kualitas pendidikan nasional.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement