Rabu 11 May 2022 17:43 WIB

Gejala Hepatitis Akut pada Anak yang Mesti Diwaspadai Orang Tua

Jangan sampai anak baru dibawa ke faskes saat kondisinya sudah sangat menurun.

Jurnalis mengambil gambar menggunakan gawai infografis Hepatitis akut di RSUP Dr Hasan Sadikin (RSHS), Pasteur, Kota Bandung, Senin (9/5/2022). Kementerian Kesehatan melaporkan saat ini tercatat 15 kasus suspek hepatitis misterius di mana lima pasien meninggal dunia. (ilustrasi)
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Jurnalis mengambil gambar menggunakan gawai infografis Hepatitis akut di RSUP Dr Hasan Sadikin (RSHS), Pasteur, Kota Bandung, Senin (9/5/2022). Kementerian Kesehatan melaporkan saat ini tercatat 15 kasus suspek hepatitis misterius di mana lima pasien meninggal dunia. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rr Laeny Sulistyawati, Mimi Kartika, Dessy Suciati Saputri

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan 15 kasus suspek hepatitis akut pada anak di Indonesia di mana tercatat lima kasus meninggal sejauh ini. Kepala komite pencegahan dan pengendalian infeksi Rumah Sakit Pusat Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Titi Sundari mengimbau orang tua bisa mengenali gejala hepatitis akut misterius sejak dini.

Baca Juga

"Yang penting yang harus diperhatikan adalah kenali gejalanya sejak dini. Jangan membawa anak dalam kondisi tidak sadar, kejang, atau dalam kondisi dalam sangat lemas karena artinya kondisinya sudah fatal," ujarnya saat berbicara di konferensi virtual, Rabu (11/5).

Titi menyebut gejala hepatitis akut misterius seperti mual sampai demam. Ia meminta para orang tua berhati-hati karena keluhan ini biasanya gejala awal hepatitis akut

"Kalau misalnya pada putra-putri, anak bawah lima tahun atau anak di bawah usia 16 tahun memiliki keluhan seperti mual, muntah, nyeri perut, diare, hingga demam yang hilang timbul maka harus diwaspadai," ujarnya.

Kemudian, dia menambahkan, saat memasuki fase lanjut penderita penyakit ini akan mengalami gejala kuning, air kencing berubah jadi seperti warna teh, atau bahkan tinjanya berwarna putih. Selanjutnya, penderita bisa mengalami kejang dan kondisi tubuh yang sangat lemas sampai menurun kesadarannya.

Ia mewanti-wanti orang tua harus hati-hati dan segera membawa anak ke pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) atau fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) saat menemukan gejala awal. Seperti disebutkan sebelumnya, gejala awal seperti mual, muntah, dan gejala saluran cerna.

"Yang penting yang harus diperhatikan adalah kenali gejalanya sejak dini. Jangan membawa anak dalam kondisi tidak sadar, kesadaran menurun, kejang, atau dalam kondisi dalam sangat lemas karena artinya kondisinya sudah fatal," katanya.

Titi juga berpesan agar masyarakat atau orang tua tidak panik menyikapi wabah hepatitis misterius saat ini. Termasuk menyikapi pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah yang sudah mulai digelar sejak 2-3 bulan lalu.

Ia meminta guru-guru sekolah juga memberikan edukasi kepada murid-muridnya bahwa penularan hepatis akut misterius adalah secara oral atau lewat tangan yang kotor atau tangan yang terkontaminasi feses, atau tertular dari pasien yang sakit. Untuk itu, ia meminta anak-anak perlu diberikan edukasi  pada putra-putrinya untuk selalu menjaga kebersihan, kedua sering-sering mencuci tangan.

Dari pihak sekolah, ia meminta wajib disediakan westafel, sabun, handuk untuk mengeringkan tangan. Kemudian orang tua mungkin sebaiknya membawakan bekal untuk putra-putrinya dan memastikan bekal yang dibawa sudah dimasak dengan baik. Sehingga, akan aman dari risiko penularan virus.

Selanjutnya, anak perlu diedukasi untuk tidak memakai alat makan bersama-sama atau satu piring berdua. Terakhir jangan lupa untuk meminta putra putrinya supaya tidak jajan sembarangan.

Terkait hepatitis akut berhubungan dengan vaksinasi Covid-19, ia mengakui ada kabar beredar kabar bahwa penyebab penyakit ini salah satunya adalah vaksinasi Covid-19. Padahal, ia mengklarifikasi bahwa ternyata banyak sekali anak-anak penderita hepatitis akut misterius yang belum mendapatkan vaksin Covid-19. Jika belum divaksinasi, bagaimana mungkin terkena hepatitis akut karena efek vaksinasi Covid-19. 

"Jadi, itu adalah hoaks yang faktanya tidak benar. Dokter anak Indonesia menyampaikan bahwa efek hepatitis akut misterius saat ini tak ada hubungannya dengan vaksinasi Covid-19," katanya.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement