REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Syariah Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University, Irfan Syauqi Beik memberi pemaparan soal faktor pertumbuhan zakat selama Ramadhan 1443 H. Menurutnya, pertumbuhan tersebut harus terus dijaga dan ditingkatkan.
"Faktor yang menyebabkan ini ada tiga. Pertama, semakin tingginya kesadaran umat untuk berzakat melalui lembaga. Ini memang meningkat trennya dari waktu ke waktu," tutur dia kepada Republika.co.id, Rabu (11/5).
Kedua, lanjut Irfan, karena adanya fasilitasi teknologi yang memudahkan masyarakat untuk menunaikan kewajiban zakat. Sehingga dengan kemudahan tersebut, masyarakat semakin meningkat partisipasinya.
Faktor selanjutnya ialah dari sisi program. Menurut dosen IPB University dari Departemen Ilmu Ekonomi Syariah itu, program-program lembaga zakat semakin terbuka, transparan dan akuntabel. Hal ini kemudian memunculkan kepercayaan dari masyarakat.
Karena itu, Irfan meminta kepada lembaga-lembaga zaakt agar menjaga akuntabilitas programnya. Dia mengatakan, jangan sampai lembaga zakat membuat program yang tidak sesuai tuntunan syariah yang bertentangan dengan ajaran Islam.
"Misalnya jangan sampai membiayai kegiatan-kegiatan yang mengusung sekularisme. Ini nggak boleh seperti itu. Supaya kepercayaan masyarakat bisa tetap tumbuh sehingga masyarakat mau berzakat ke lembaga resmi," tuturnya.
Sejumlah lembaga filantropi Islam mencatatkan capaian zakat yang positif, bahkan melampaui target, selama bulan suci Ramadhan 1443 H. Salah satunya ialah Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) pusat, yang mencatatkan penghimpunan zakat pada Ramadhan 1443 H sebesar Rp 198 miliar.
Angka itu meningkat sebesar 51 persen dibandingkan Ramadhan tahun lalu. "Untuk Baznas nasional kami perkirakan mencapai Rp 5 triliun-Rp 7 triliun dari seluruh Indonesia," kata Deputi I Bidang Pengumpulan Baznas M Arifin Purwakananta.