Sabtu 14 May 2022 05:39 WIB

Dukung Eksplorasi Ruang Angkasa, Kolombia Ikut Tandatangani Pakta Artemis

Di bawah program Artemis, NASA berencana mengirim astronot kembali ke bulan.

Rep: mgrol136/ Red: Dwi Murdaningsih
Rokel SLS NASA yang akan menjalankan misi Artemis 1 berada di landasan peluncuran
Foto: nasa
Rokel SLS NASA yang akan menjalankan misi Artemis 1 berada di landasan peluncuran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kolombia menjadi negara ke-19 yang menandatangani program Artemis Accords Badan Antariksa Amerika (NASA). Sebelumnya, negara Bahrain, Singapura, dan Rumania lebih dulu menandatangani pakta ini.

Kontribusi khusus Kolombia untuk misi Artemis yang menuju bulan NASA belum terungkap. Namun, wakil presiden dan menteri luar negeri Marta Luca Ramirez menyatakan negara itu berharap untuk memperluas kegiatan luar angkasanya dengan cepat.

Baca Juga

"Kesepakatan itu adalah momen yang sangat penting dalam hubungan bilateral karena kita memperingati 200 tahun hubungan diplomatik antara Amerika Serikat dan Kolombia tahun ini," kata Ramírez dalam pernyataan NASA, Selasa (10/5/2022), dilansir dari Space

Menurut Departemen Luar Negeri AS, Kolombia diakui oleh AS pada 19 Juni 1822, tiga tahun setelah negara itu memperoleh kemerdekaan efektif dari Spanyol.

Kesepakatan Artemis menjabarkan rencana untuk eksplorasi bulan dan luar angkasa yang damai dan bertanggung jawab. Di bawah program Artemis, NASA berencana mengirim astronot kembali ke bulan akhir dekade ini.

Kesepakatan Artemis diresmikan pada tahun 2020 oleh NASA dan Departemen Luar Negeri AS. Delapan negara menandatangani pada saat itu, yaitu Australia, Kanada, Jepang, Luksemburg, Italia, Inggris, Uni Emirat Arab, dan Amerika Serikat. 

Bahrain, Brasil, Israel, Republik Korea, Meksiko, Selandia Baru, Polandia, Rumania, Singapura, dan Ukraina semuanya telah menyusul menandatangani pakta itu.

“Kesepakatan Artemis menjabarkan prinsip-prinsip tertentu untuk memandu aktor ruang angkasa sipil. Di antaranya tujuan damai, transparansi, interoperabilitas, komitmen terhadap bantuan darurat, pendaftaran objek ruang angkasa, pelepasan data ilmiah, dekonfliksi kegiatan, perlindungan warisan ruang angkasa, dan mitigasi puing-puing orbit, termasuk pembuangan pesawat ruang angkasa," kata pejabat Departemen Luar Negeri AS.

NASA menyatakan bahwa dalam beberapa bulan dan tahun mendatang, lebih banyak negara akan bergabung dalam kesepakatan tersebut. Badan tersebut berusaha untuk mengembalikan astronot ke permukaan bulan. NASA juga membangun pos terdepan bulan Gateway di orbit sekitar bulan, selain pendaratan di dekat kutub selatan bulan. 

Misi Artemis 1 yang akan menerbangkan kapsul ruang angkasa Orion tanpa awak di sekitar bulan, dapat diluncurkan akhir tahun ini. Peluncuran itu menunggu penyelesaian berbagai kesalahan yang ditemukan selama uji coba isi bahan bakar megaroket Sistem Peluncuran Luar Angkasa yang baru. 

Artemis 2 yang merupakan misi orbit bulan berawak, akan diluncurkan tidak lebih cepat dari tahun 2024. Misi Artemis 3 rencananya akan melakukan pendaratan berawak pertama.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement