Selasa 17 May 2022 06:27 WIB

Israel akan Pasok Gas Alam ke Eropa

Israel berupaya menggantikan pasokan gas Uni Eropa dari Rusia.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Dwi Murdaningsih
Kilang BP membakar gas di Gelsenkirchen, Jerman, Selasa malam, 5 April 2022. Jerman memperingatkan untuk melarang semua impor energi dari Rusia karena perang di Ukraina, karena embargo akan memiliki konsekuensi yang tidak terduga bagi ekonomi terbesar Eropa itu.
Foto: AP/Martin Meissner
Kilang BP membakar gas di Gelsenkirchen, Jerman, Selasa malam, 5 April 2022. Jerman memperingatkan untuk melarang semua impor energi dari Rusia karena perang di Ukraina, karena embargo akan memiliki konsekuensi yang tidak terduga bagi ekonomi terbesar Eropa itu.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Israel akan meningkatkan produksi gas alam offshore atau lepas pantai untuk memasok ke Uni Eropa dalam beberapa bulan mendatang. Ekspor gas alam dari Israel ini merupakan upaya untuk menggantikan pasokan gas Uni Eropa dari Rusia.

Dalam beberapa tahun ke depan, Israel akan melipatgandakan produksi gas alam menjadi sekitar 40 miliar meter kubik (bcm) dari sekitar 20 bcm. Perluasan proyek ini akan memunculkan ladang baru. 

 

Israel saat ini memasok gas alam untuk pasarnya sendiri, dan ekspor ke Mesir serta Yordania melalui jaringan pipa. Sementara sebagian besar gas tambahan diperuntukkan bagi Eropa.

 

"Harapannya adalah untuk menciptakan proses kerja yang relatif cepat dan selama musim panas untuk mencapai kesepakatan kerangka kerja," kata Direktur Jenderal Kementerian Energi Israel, Lior Schillat.

 

Schillat belum lama ini berkunjung ke kapal bor di Karish, yaitu ladang gas sekitar 90  kilometer di lepas pantai Israel yang akan mulai beroperasi akhir tahun ini. "Awalnya akan dalam jumlah kecil dan perlahan-lahan, karena kapasitas produksi dan pengiriman meningkat, (jumlahnya) akan meningkat," kata Schillat.

 

Schillat mengatakan, kesepakatan ekspor gas alam biasanya pertama kali dicapai antara pemerintah dankemudian diselesaikan di sektor swasta. Menurut Schillat, secara realistis kesepakatan ini dapat terlaksanak tidak lebih dari 2024. Namun Schillat tidak merinci negara Eropa mana saja yang akan mengimpor gas dari Israel.

 

Schillat mengatakan, memilih rute pasokan merupakan tantangan yang memerlukan navigasi politik kawasan. Tetapi salah satu pilihan adalah mengekspor ke Eropa melalui pabrik pencairan di Mesir, dan menyalurkannya ke utara melalui jaringan pipa yang berada dalam berbagai tahap perencanaan.

 

Pembangunan fasilitas gas alam cair (FLNG) terapung saat ini sedang dalam pembahasan. FLNG akan memungkinkan pengiriman ke Eropa langsung dari Israel.

 

Sementara kemungkinan lain termasuk usulan jalur pipa Eastmed, yaitu proyek ambisius dan mahal yang akan menghubungkan ladang gas ke daratan Eropa, atau jalur pipa yang lebih pendek ke Turki. 

 

Konsultan gas, Gina Cohen dalam sebuah laporan yang dipresentasikan kepada Kementerian Luar Negeri Israel dan Parlemen Eropa, mengatakan, Mesir adalah rute tercepat untuk menyalurkan gas ke Eropa. Namun FLNG akan menawarkan bebas dari negara transit mana pun, sehingga dapat memberikan harga konsumen akhir termurah tetapi membutuhkan waktu lebih lama untuk dibangun.

 

"Israel harus bertindak secepat mungkin karena jendela untuk menandatangani kontrak dan menjadi pemasok gas yang signifikan ke Eropa hanya akan dibuka untuk waktu yang terbatas," kata Cohen.

 

Konflik Rusia-Ukraina membuat Eropa menghentikan pasokan energi dari Rusia dan mencari alternatif lain. Rusia memasok sekitar 40 persen kebutuhan gas alam Eropa. Tahun lalu, Rusia mengirim gas alam sekitar 155 bcm. Gas Israel akan membantu diversifikasi di Eropa, bersama dengan pasokan dari negara lain seperti Amerika Serikat dan Qatar.

sumber : reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement