Rabu 18 May 2022 21:51 WIB

Elite Kristen Turut Kutuk Kekerasan Israel saat Pemakaman Shireen Abu Akleh

Elite Kristen di Yerusalem menuduh Isrel langgar kesepakatan

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah
Pelayat Palestina membawa jenazah Shireen Abu Akleh keluar dari kantor Aljazirah setelah teman dan kolega memberikan penghormatan, di kota Ramallah, Tepi Barat, Rabu, 11 Mei 2022.
Foto: AP/Nasser Nasser
Pelayat Palestina membawa jenazah Shireen Abu Akleh keluar dari kantor Aljazirah setelah teman dan kolega memberikan penghormatan, di kota Ramallah, Tepi Barat, Rabu, 11 Mei 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM — Perwakilan Vatikan di Yerusalem menuduh Israel secara brutal melanggar kesepakatan yang sudah berlangsung puluhan tahun untuk menegakkan kebebasan beragama. Pernyataan ini menyusul serangan polisi Israel pada pemakaman jurnalis Palestina-Amerika Shireen Abu Akleh.  

Petugas menendang dan memukuli pengusung jenazah dan menembakkan granat kejut ke kerumunan pelayat di Rumah Sakit St Joseph. Monsinyur Tomasz Grysa, yang mewakili Tahta Suci di Yerusalem, mengatakan tindakan itu tidak dapat dibenarkan dan tidak beralasan.  

Baca Juga

Israel mengatakan penanganan kekerasaan  pemakaman sedang ditindaklanjuti namun negara zionis itu menuduh para pemimpin agama membuat pernyataan ekstrem. Abu Akleh seorang koresponden veteran Aljazirah dan beragama Kristen. 

Pada konferensi pers di Rumah Sakit St Joseph pada Senin, para pemimpin dari 15 denominasi di Yerusalem mengutuk apa yang mereka sebut "intrusi kekerasan" polisi Israel ke dalam prosesi pemakaman Abu Akleh. 

Monsignor Grysa mengatakan kesepakatan 1993 antara Gereja Katolik Roma dan Israel menjunjung tinggi dan mematuhi hak asasi manusia atas kebebasan beragama, yang dalam hal ini telah dilanggar Israel secara brutal. 

Uskup Agung Pierbattista Pizzaballa, rohaniawan Katolik Roma terkemuka di Tanah Suci, mengatakan Invasi Polisi Israel dan penggunaan kekuatan yang tidak proporsional menyerang pelayat, memukul mereka dengan tongkat, menggunakan granat asap, menembakkan peluru karet, menakut-nakuti pasien rumah sakit adalah pelanggaran berat terhadap norma dan peraturan internasional. 

Direktur Rumah Sakit St Joseph, Jamil Koussa, mengatakan sekarang jelas target kekerasan polisi adalah peti mati itu sendiri, menunjukkan video pemukulan dan gambar CCTV baru gedung rumah sakit yang diserbu polisi. 

Baca juga: Keutamaan Membaca Surah Al-Kahfi pada Hari Jumat

Rumah sakit Yerusalem Timur terkenal dengan bangsal bersalin dan perawatannya bagi keluarga Muslim, Yahudi, dan Kristen. Staf menyebutnya sebagai tempat penyembuhan, tetapi pada Jumat itu, mereka justru merawat luka di antara staf medis mereka sendiri.  

Banyak dokter dan perawat keluar untuk memberi penghormatan kepada Abu Akleh ketika pasukan Israel menyerbu ke dalam kompleks.  

Dr Mohammed Hmeidat, seorang dokter di unit perawatan intensif neo-natal, menunjukkan kepada BBC luka bakar yang dideritanya akibat granat kejut. 

"Salah satunya sangat dekat dengan kaki saya, dan meledak. Setelah itu kami bergegas ke unit gawat darurat dan juga (polisi) mengikuti kami ke unit gawat darurat," katanya.   

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement