REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Kanselir Jerman Olaf Scholz akan melakukan tur selama tiga hari ke Senegal, Niger, dan Afrika Selatan yang dimulai pada Ahad (22/5/2022). Kunjungan ini merupakan upaya Scholz untuk mencari kerja sama energi baru agar tidak lagi bergantung pada impor gas dari Rusia.
Perhentian pertama dalam rangkaian perjalanan Scholz adalah Senegal. Negara ini memiliki miliaran meter kubik cadangan gas, dan diharapkan menjadi produsen gas utama bagi Jerman. Seorang pejabat pemerintah yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan, Jerman sedang berusaha untuk mengurangi ketergantungan impor gas Rusia, setelah invasi Kremlin ke Ukraina.
"Ini bisa membantu mengeksplorasi ladang gas di Senegal," kata pejabat pemerintah itu.
Pejabat tersebut mengatakan, Scholz ingin membahas kemungkinan kerja sama dalam pengembangan energi terbarukan. Scholz dijadwalkan mengunjungi pembangkit listrik tenaga surya, setelah bertemu dengan Presiden Senegal Macky Sall.
Jerman telah mengundang Senegal, yang saat ini menjabat sebagai ketua bergilir Uni Afrika, dan Afrika Selatan sebagai negara tamu dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kelompok Tujuh (G7) yang diselenggarakan pada Juni. Senegal dan Afrika Selatan abstain dari pemungutan suara pada resolusi PBB terhadap invasi Rusia ke Ukraina.
Scholz juga melakukan perjalanan ke Niger. Scholz mengunjungi pasukan Jerman di Niger dan membahas pertempuran panjang melawan gerilyawan yang terkait dengan Alqaeda dan ISIS.
Niger telah mengambil peran besar sebagai tuan rumah pasukan khusus Eropa untuk membendung pemberontakan jihadis di seluruh Sahel, sejak hubungan Eropa dengan junta militer yang memerintah Mali memburuk. Uni Eropa menangguhkan misi pelatihan militer di Mali, karena kurangnya jaminan dari otoritas Mali bahwa kontraktor militer dari Grup Wagner Rusia tidak akan ikut campur.
Grup Wagner berada di bawah sanksi Uni Eropa dan dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia. Rusia membantah melakukan kesalahan di Mali atau di negara lain tempat Wagner beroperasi. Mali dan Rusia sebelumnya mengatakan, Grup Wagner tidak terdiri dari tentara bayaran tetapi pelatih yang membantu pasukan lokal dengan peralatan yang dibeli dari Rusia.