Senin 23 May 2022 22:31 WIB

WHO: Cacar Monyet tak Bermutasi

Penyakit menular yang endemik di Afrika Barat dan Tengah cenderung tidak berubah.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Andi Nur Aminah
Foto yang dipasok CDC pada 1997 menunjukkan salah satu kasus cacar monyet di Republik Demokratik Kongo.  Ilmuwan masih belum mengerti penyebab kian banyaknya kasus cacar monyet terdeteksi di Eropa dan Amerika Utara pada 2022.
Foto: CDC via AP
Foto yang dipasok CDC pada 1997 menunjukkan salah satu kasus cacar monyet di Republik Demokratik Kongo. Ilmuwan masih belum mengerti penyebab kian banyaknya kasus cacar monyet terdeteksi di Eropa dan Amerika Utara pada 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak memiliki bukti bahwa virus cacar monyet telah bermutasi. Seorang eksekutif senior di badan PBB pada Senin (23/5/2022) mencatat, penyakit menular yang endemik di Afrika Barat dan Tengah cenderung tidak berubah.

Kepala Sekretariat Cacar yang merupakan bagian dari Program Darurat WHO, Rosamund Lewis, mengatakan, mutasi pada virus cacar biasanya lebih rendah, meskipun urutan genom kasus akan membantu menginformasikan pemahaman tentang wabah saat ini.  Lebih dari 100 kasus yang dicurigai dan dikonfirmasi sebagai cacar monyet di Eropa dan Amerika Utara masih belum parah. "Ini situasi yang dapat dikendalikan," kata epidemiologi WHO, Maria van Kerkhove.

Baca Juga

Menurut WHO, wabah itu menjadi tidak biasa karena terjadi di negara-negara di mana virus tidak bersirkulasi secara teratur.  Para ilmuwan sedang berusaha memahami asal usul kasus cacar monyet dan apakah ada yang berubah tentang virus tersebut. 

Kasus penyakit terkait cacar monyet sebelumnya hanya teridentifikasi di Afrika tengah dan Barat. Tetapi kasus cacar monyet didentifikasi di Inggris, Spanyol, Portugal, Italia, Amerika Serikat, Swedia, dan Kanada. Sebagian besar kasus cacar monyet ditemukan pada pria muda yang sebelumnya tidak pernah bepergian ke Afrika.  Prancis, Jerman, Belgia dan Australia juga telah mengidentifikasi kasus serupa.

Virus cacar monyet berasal dari primata dan hewan liar lainnya. Cacar monyet memiliki gejala demam, nyeri tubuh, kedinginan, dan kelelahan pada sebagian besar pasien. Orang dengan kasus yang parah dapat mengalami ruam di wajah, tangan, dan bagian tubuh lainnya.

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Ahad (22/5/2022) mengkhawatirkan penyebaran kasus cacar monyet yang belum lama ini telah diidentifikasi. Kasus cacar monyet telah teridentifikasi di Eropa dan AS. "Ini menjadi perhatian karena jika menyebar, itu akan menjadi konsekuensi. Mereka belum memberi tahu saya tingkat paparannya, tetapi itu adalah sesuatu yang harus diperhatikan semua orang,” kata Biden.  

Biden menambahkan, pemerintah sedang melakukan upaya untuk menentukan vaksin yang efektif mencegah cacar monyet. Penasihat keamanan nasional AS, Jake Sullivan mengatakan, Amerika Serikat memiliki persediaan vaksin yang relevan untuk mengobati cacar monyet. “Kami memiliki vaksin yang tersedia yang dapat digunakan untuk itu (cacar monyet, Red),” kata Sullivan.   

Monkeypox atau cacar monyet jarang diidentifikasi di luar Afrika. Tetapi pada  Jumat (20/5/2022) terdapat 80 kasus cacar monyet yang dikonfirmasi di seluruh dunia. Termasuk setidaknya dua di Amerika Serikat, dan 50 kasus lainnya yang dicurigai.

Penyakit cacar monyet ini termasuk dalam keluarga virus yang sama dengan cacar, dengan gejala lebih ringan. Orang yang terkena cacar monyet biasanya sembuh dalam dua hingga empat minggu tanpa perlu dirawat di rumah sakit. Tetapi penyakit ini terkadang mematikan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement