REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), emiten dengan ekosistem digital terbesar, terlengkap dan terintegrasi di Indonesia, mencatatkan kenaikan pendapatan baik di kuartal I-2022 dibandingkan dengan kuartal I-2021 maupun tahun 2021 dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya atau year on year (yoy).
Selain pendapatan, nilai transaksi bruto atau gross transaction value (GTV) kuartal I-2022 dan tahun 2021 juga membukukan kenaikan secara yoy seiring dengan tingginya penggunaan layanan di ekosistem Goto.
Berdasarkan data GoTo, di kuartal I-2021, pendapatan bruto naik 53 persen menjadi Rp5,2 triliun, yang mencerminkan pertumbuhan take rate dari 3,5 persen menjadi 3,7 persen didorong oleh monetasi pada segmen e-commerce dan on-demand yang lebih baik. Di periode ini, pendapatan bersih mencapai Rp1,5 triliun, naik 7,14 persen dari sebelumnya Rp 1,4 triliun.
Adapun tahun lalu, pendapatan bruto GoTo tumbuh 45 persen yoy mencapai Rp17,1 triliun dari Rp 11,85 triliun, sementara pendapatan bersih naik 9 persen menjadi Rp 5,30 triliun dari Rp 4,82 triliun.
Pada Q1-2022, rugi EBITDA yang disesuaikan turun 14 basis poin menjadi Rp5,4 triliun dibandingkan dengan kuartal sebelumnya (Q4-2021) sebesar Rp 6,2 triliun yang mencerminkan adanya tren penurunan kerugian berkat upaya monetisasi perusahaan yang lebih baik serta optimalisasi biaya pengeluaran.
Sementara itu, sepanjang tahun 2021, GTV perusahaan menembus Rp 461,60 triliun, naik 40% dibandingkan dengan Rp 330,18 triliun di 2020. Angka GTV ini setara dengan 2,72 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di tahun 2021 sebesar Rp16.970,8 triliun sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS).
Dari jumlah GTV ini, kontribusi bisnis on-demand services (mobilitas, pesan-antar makanan dan bahan kebutuhan pokok, dan logistik) mencapai Rp 50,31 triliun di 2021, naik 25,21 persen dari Rp 40,18 triliun, e-commerce senilai Rp 230,59 triliun, tumbuh 45,82 persen dari Rp 158,13 trliiun, dan financial technology (fintech) sebanyak Rp 214,91 triliun, melesat 80 persen dari sebelumnya Rp 119,52 triliun.
Sementara itu, GTV pada periode 3 bulan atau kuartal I, Januari-Maret 2022, mencapai Rp 139,54 triliun, tumbuh 45,04 persen dari periode yang sama 2021 senilai Rp 96,21 triliun.
Pertumbuhan transaksi teknologi finansial (tekfin) di kuartal I-2022 ini juga melesat paling tinggi yakni 91 persen menjadi Rp 77,31 triliun dari sebelumnya Rp 40,54 triliun, disusul on-demand naik 39,48 persen menjadi Rp 14,45 triliun dari Rp 10,36 triliun dan e-commerce naik 27,66 persen menjadi Rp 65,13 triliun dari sebelumnya Rp 51,02 triliun.
GTV adalah metrik operasional yang mencakup jumlah nilai transaksi dari on-demand services; jumlah nilai produk dan jasa yang tercatat di platform marketplace e-commerce, dan nilai pembayaran yang diproses via platform fintech, tapi tidak termasuk nilai transaksi antar entitas di perusahaan yang dieliminasi saat konsolidasi.
Andre Soelistyo, CEO Grup GoTo, mengatakan sepanjang 2021, perusahaan secara konsisten menjalankan rencana bisnis dengan baik, sehingga mampu menghasilkan pertumbuhan di setiap lini bisnis dan peningkatan margin secara keseluruhan.
“Pembentukan GoTo, dari kombinasi Gojek dan Tokopedia, menempatkan kami dalam posisi yang lebih baik lagi untuk melayani konsumen. Seiring dengan komitmen semakin memperdalam integrasi bisnis, kami mampu meningkatkan efisiensi operasional, menghadirkan peluang bisnis dengan pendekatan multiplatform serta berinvestasi bagi pertumbuhan dan profitabilitas GoTo,” kata Andre dalam keterangan resmi, Senin (30/5/2022).
“Perusahaan operasional kami mampu mencetak kinerja yang kuat, dengan didukung oleh sinergi ekosistem. Fokus kami mendorong penggunaan antara platform-platform terdepan ini. Misalnya, kami telah mendorong GoPay menjadi uang elektronik yang paling banyak digunakan di Tokopedia, memperkenalkan penyelarasan status program loyalitas di Gojek dan Tokopedia, serta mengkonsolidasi sistem poin penghargaan kami, GoPay Coins, di seluruh ekosistem,” jelas Andre.
Hasilnya, GoTo mencatatkan pertumbuhan 37 persen untuk jumlah pengguna yang bertransaksi dalam setahun (annual transacting users atau ATU) secara proforma yang bertransaksi di kedua platform Gojek dan Tokopedia selama 2021, dengan kecenderungan berbelanja lebih banyak dan lebih setia dibandingkan dengan pengguna salah satu platform saja.
“Sepanjang 2022, kami akan terus mendorong inisiatif-inisiatif ini dan menggunakan keunggulan kompetitif yang ekosistem kami miliki, sekaligus memaksimalkan potensi pertumbuhan di Indonesia dan Asia Tenggara.”
Andre mengatakan, dengan semakin longgarnya kegiatan masyarakat, peningkatan dan integrasi produk akan terus dilakukan untuk memastikan bahwa GoTo mampu terus melayani pertumbuhan kebutuhan dan jumlah pengguna kami di layanan on demand, e-commerce, dan financial technology.
Dengan skala bisnis kami secara bersama-sama, kami akan terus memenuhi komitmen dalam meningkatkan inklusi keuangan dalam kawasan yang terus bertumbuh ini dengan potensi pertumbuhannya yang masih dapat diraih.”
Pendapatan naik
Terkait dengan take rate, pendapatan bruto GoTo di kuartal I-2022 naik 53 persen yang mencerminkan pertumbuhan take rate dari 3,5 persen menjadi 3,7 persen didorong oleh monetasi pada segmen e-commerce dan on-demand yang lebih baik.
Jika mengacu ke angka take rate perusahaan sejenis, seperti Alibaba untuk bisnis e-commerce, Uber dan Grab untuk bisnis on demand, GoTo dinilai memiliki ruang yang cukup besar untuk meningkatkan kembali take rate sehingga berdampak positif pada kenaikan pendapatan bruto. Menariknya, kenaikan take rate ditempuh melalui monetisasi segmen e-commerce dan on demand secara lebih optimal.
Jacky Wei-Jye Lo, CFO Grup GoTo mengatakan perusahaan menutup 2021 dengan tingkat pertumbuhan year-on-year yang baik, seperti terlihat dari pertumbuhan GTV dan pendapatan bruto proforma yang masing-masing mencapai 40 persen dan 45 persen.
“Integrasi Gojek, Tokopedia dan GoTo Financial secara lebih menyeluruh diharapkan mampu membawa berbagai manfaat, dan kami pun telah melakukan integrasi lintas platform sejak bulan Mei 2021,” katanya.
“Di Q1 2022, kami berfokus pada optimalisasi pembayaran insentif dan biaya operasional, dan telah mencatat hasil signifikan sebagai landasan yang kuat dalam upaya kami untuk terus meningkatkan margin. Margin kontribusi dan margin EBITDA disesuaikan meningkat masing-masing sebesar 24 dan 14 basis poin, antara Q4 2021 dan Q1 2022,” katanya.