REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Gedung Putih mengatakan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan timnya mempertimbangkan mengirim sistem roket jarak jauh ke Ukraina. Tapi mereka tidak ingin senjata itu digunakan untuk menyerang ke wilayah Rusia.
Seorang pejabat pemerintah AS mengatakan Biden dan stafnya di dewan keamanan nasional sudah di tahap akhir mempersiapkan paket senjata baru untuk Ukraina. Diperkirakan paket itu akan segera diumumkan paling cepat Rabu (1/6/2022) ini.
Pemerintah Ukraina sudah lama meminta sekutu-sekutunya sistem senjata untuk jarak yang lebih jauh seperti Multiple Launch Rocket System (MLRS) yang dapat melepas tembakan roket ratusan mil. Harapannya dapat mengubah jalannya perang yang sudah berlangsung selama tiga bulan.
Juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan sistem itu sedang dipertimbangkan. "Tapi seperti yang presiden katakan, kami tidak akan mengirimkan roket jarak-jauh untuk digunakan di luar medan tempur di Ukraina," katanya.
Pejabat pemerintah AS lainnya mengatakan Biden tidak ingin roket-roket itu digunakan ke wilayah Rusia agar perang tidak keluar Ukraina. Pada Selasa (31/5/2022) kemarin Biden mengatakan tidak akan mengirimkan roket ke Ukraina untuk menyerang Rusia.
Ia tidak mengesampingkan kemungkinan memberikan sistem senjata spesifik tapi tegas dalam bagaimana senjata-senjata itu digunakan. Biden dan timnya sedang mengerjakan paket peralatan militer baru dengan menggunakan anggaran yang telah disetujui Kongres sebesar 40 juta dolar.
Seorang pejabat AS mengatakan Washington mempertimbangkan MLRS. Tapi tidak menyetujui penggunaan senjata jarak jauh di luar medan tempur. Biden ingin membantu Ukraina membela diri tapi menolak memberikan senjata yang dapat digunakan menyerang Rusia.
Sudah ribuan orang tewas dan jutaan lainnya terpaksa mengungsi dalam perang di Ukraina. Barat meningkatkan bantuan militer ke Ukraina dengan mengirimkan senjata jarak jauh termasuk howitzers M777.