Jumat 03 Jun 2022 11:37 WIB

HJB Ke-540, Rapat Paripurna Kota Bogor Digelar dengan Bahasa Sunda

Pembangunan Kota Bogor haruslah bertumpu pada tiga aspek.

Rep: shabrina zakaria/ Red: Hiru Muhammad
Para Forkopimda Kota Bogor mengenakan pakaian khas Sunda dalam Rapat Paripurna dalam rangka Hari Jadi Bogor (HJB) ke-540, yang digelar dengan bahasa Sunda, Jumat (3/6).
Foto: Republika/Shabrina Zakaria
Para Forkopimda Kota Bogor mengenakan pakaian khas Sunda dalam Rapat Paripurna dalam rangka Hari Jadi Bogor (HJB) ke-540, yang digelar dengan bahasa Sunda, Jumat (3/6).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR--Pada 3 Januari 2022 merupakan Hari Jadi Bogor (HJB) yang ke-540. Dalam salah satu rangkaian acara di Kota Bogor, Rapat Paripurna pada Jumat (3/6) pukul 09.00 WIB digelar dengan Bahasa Sunda.

Rapat paripurna digelar di Ruang Paripurna Gedung DPRD Kota Bogor. Seluruh forum komunikasi pimpinan daerah (Forkopimda) yang hadir menghadiri rapat, mengenakan pakaian khas Sunda berwarna putih dan totopong.

Baca Juga

Adapun kegiatan yang digelar selama rapat paripurna ialah menyanyikan lagu Indonesia Raya, pembacaan riwayat dan sejarah Bogor yang dilanjutkan pembacaan pantun Bogor Yasana Pacilong dan Wangsit Siliwangi, sambutan Walikota Bogor, sambutan wakil Gubernur Jawa Barat, Pemberian Piagam Penghargaan, doa, dan penutup. 

Dalam pembukaannya yang disampaikan dalam bahasa Sunda, Ketua DPRD Kota Bogor, Atang Trisnanto, mengatakan sejalan dengan tema HJB ke-540, ”Abhinaya Satya Lestari" yang mengandung makna semangat yang tulus untuk menghadirkan program-program berkelanjutan bagi lingkungan agar bumi terus hidup atau lestari, maka pembangunan Kota Bogor haruslah bertumpu pada tiga aspek. Yaitu aspek sosial budaya, ekologi, dan ekonomi. 

“Ketiga aspek ini menjadi landasan bagi program pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan yang bertumpu pada aspek sosial budaya menitikberatkan pada kearifan lokal, budaya gotong royong, serta kebersamaan dan kerukunan masyarakat,” kata Atang dalam sambutannya, Jumat (3/6/2022).

Budaya luhur warisan nenek moyang ini menjadi kekuatan pemersatu warga, juga kata Atang, sekaligus sebagai pijakan kearifan agar di era yang serba maju ini, Kota Bogor tetap menjadi kota yang nyaman di dalam taman.

Aspek ini menurutnya diperkuat dengan aspek ekologi yang menitikberatkan pada kelestarian lingkungan. Pembangunan harus terus dilakukan dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Degradasi lingkungan yang telah terjadi selama ini harus dihentikan dan harus mulai dilakukan usaha-usaha untuk melestarikan lingkungan.

Aspek yang ketiga adalah ekonomi, yaitu upaya mewujudkan peningkatan dan pemerataan kesejahteraan keadilan. Permasalahan kemiskinan dan sulitnya mendapatkan lapangan kerja akibat pandemi covid-19, harus diselesaikan dengan program ekonomi yang konstruktif dan bisa dirasakan oleh semua warga Kota Bogor. 

Program pembangunan menurut Atang, harus dirasakan oleh seluruh wilayah dan seluruh warga Kota Bogor. Sebab itulah substansi dari pemerataan kesejahteraan dan keadilan.“Oleh karena itu, mari kita satukan gerak langkah perencanaan dan pelaksanaan pembangunan melalui kinerja yang lebih baik agar terwujud Kota Bogor yang nyaman, maju, tentram, damai, gemah ripah loh jinawi bagi semua masyarakat Kota Bogor,” katanya.

 

 

 

 

 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement