REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Sebanyak 59 orang Rohingya ditemukan di sebuah pulau di Thailand. Seorang perwira polisi Thailand, Surachet Hakpan pada Ahad (5/6/2022) mengatakan, puluhan orang Rohingya itu ditinggalkan para pedagang dalam perjalanan ke Malaysia.
Surachet mengatakan, 59 orang Rohingya yang di antaranya terdapat lima anak, ditemukan di Pulau Koh Dong di Provinsi Satun selatan pada Sabtu (4/6/2022). Setiap tahun, ribuan minoritas Muslim Rohingya mempertaruhkan hidup mereka dalam perjalanan selama berbulan-bulan untuk mencapai Malaysia melalui laut Thailand. Polisi mengatakan, mereka telah didakwa dengan masuk secara ilegal dan dapat menghadapi deportasi ke Myanmar setelah kasus pengadilan.
“Kami memberikan bantuan kemanusiaan dan akan menyelidiki apakah mereka adalah korban perdagangan manusia atau jika mereka masuk secara ilegal,” kata Surachet, dilansir Alarabiya, Senin.
Polisi mengatakan, sekelompok orang Rohingya tersebut tampak kelaparan dan kemungkinan tidak makan selama tiga hingga lima hari. Salah satu warga Rohingya yang berada dalam kelompok itu mengatakan kepada petugas, kapal mereka termasuk di antara tiga kapal yang membawa 178 orang, yang telah meninggalkan Myanmar dan Bangladesh. Mereka berangkat setelah membayar sekitar 5.000 ringgit atau 1.300 dolar AS kepada sebuah agen untuk perjalanan tersebut.
Menurut pernyataan polisi Thailand, dua kapal pertama yang membawa 119 orang dihentikan dan ditangkap oleh pihak berwenang Malaysia. Sementara satu kapal lainnya terdampat di Pulau Koh Dong. Awak kapal memutuskan untuk meninggalkan warga Rohingya di Pulau Koh Dong, dan memberi tahu bahwa mereka telah mencapai Malaysia. Insiden itu terjadi setelah mayat 14 orang Rohingya, termasuk anak-anak, ditemukan terdampar di pantai bulan lalu ketika mereka berusaha melarikan diri dari Myanmar.
Ratusan ribu orang Rohingya melarikan diri dari penumpasan militer di Myanmar pada 2017. Mereka yang masih berada di Myanmar secara luas dipandang sebagai penyelundup dari Bangladesh dan sebagian besar ditolak kewarganegaraannya. Mereka juga tidak mendapatkan akses ke perawatan kesehatan dan pendidikan.
Malaysia yang berpenduduk mayoritas Muslim adalah tujuan utama bagi warga Rohingya yang melarikan diri dari penganiayaan di Myanmar atau kamp-kamp pengungsi di Bangladesh.
Pada 2019, seorang kapten kapal Thailand didakwa menyelundupkan 65 orang Rohingya dari Myanmar setelah kapal mereka karam di sebuah pulau di lepas pantai provinsi Satun. Daerah yang sama adalah pusat rute perdagangan senilai jutaan dolar, yang terurai pada 2015 setelah penemuan kuburan massal migran Rohingya dan Bangladesh di sepanjang perbatasan dengan Malaysia.