Selasa 07 Jun 2022 19:30 WIB

PPKM Level 1 Jawa Bali Bukti Kondisi Makin Terkendali

Pakar ingatkan status pandemi masih berlaku, PPKM diperlukan untuk fungsi kontrol.

Penumpang menaiki angkutan kota di Terminal Kampung Melayu, Jakarta, Selasa (7/6/2022). Pemerintah kembali memperpanjang pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di seluruh Indonesia pada tanggal 7 Juni hingga 4 Juli 2022 dengan pelonggaran aturan diantaranya transportasi umum diperbolehkan beroperasi dengan kapasitas 100 persen. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Penumpang menaiki angkutan kota di Terminal Kampung Melayu, Jakarta, Selasa (7/6/2022). Pemerintah kembali memperpanjang pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di seluruh Indonesia pada tanggal 7 Juni hingga 4 Juli 2022 dengan pelonggaran aturan diantaranya transportasi umum diperbolehkan beroperasi dengan kapasitas 100 persen. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dian Fath Risalah, Mimi Kartika  

Perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia dinilai sudah semakin terkendali. Pemberlakuan Pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 1 untuk wilayah Jawa-Bali hingga satu bulan, menjadi sinyal semakin baiknya kondisi saat ini.

Baca Juga

"Pemberlakuan PPKM level 1 menunjukkan bahwa pandemi terkendali," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI, dr Mohammad Syahril kepada Republika, Selasa (7/6/2022).

Syahril mengatakan, angka positivity rate Covid-19 saat ini juga masih sangat terkendali karena masih di bawah lima persen. Lebih lanjut ia menuturkan, parameter transisi pandemi ke endemi adalah angka reproduction rate (Rt) nasional di bawah angka 1 dan stabil selama enam bulan, cakupan vaksinasi dosis kedua mencapai 70 persen dari populasi, serta transmisi komunitas berada di level 1.

"Transmisi komunitas merupakan adanya penularan di dalam suatu kelompok masyarakat secara bersamaan. Menurut panduan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), transmisi komunitas dibagi menjadi beberapa tingkat berdasarkan insiden kasus konfirmasi, jumlah perawatan di rumah sakit, dan angka kematian akibat Covid-19," terangnya.

Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Profesor Zubairi Djoerban menyetujui adanya pelonggaran. Meskipun, dalam catatannya angka harian kasus Covid-19 saat ini sedikit naik dibandingkan pada bulan Mei 2022.

"Kita menjadi longgar saya setuju tapi jangan terlalu percaya diri dan jemawa, seperti apa yang disampaikan Presiden boleh membuka masker boleh di luar, tapi dalam ruangan tetep harus memakai masker," tegas Zubairi saat dikonfirmasi, Selasa (7/6).

Lebih lanjut Zubairi mengungkapkan bila dibandingkan Korea Utara dalam sepekan terakhir kasus Covid-19 masih di atas 600 ribu. Kemudian Amerika Serikat masih di atas 70 ribu kasus Covid-19 setiap harinya.

"Jadi kita memang rendah dibanding negara lain. Data kita (Indonesia) masih amat bagus, ranking nomor 40 di dunia, rumah sakit sepi, positivity rate di bawah 3 persen Indonesia, vaksinasi sudah semakin banyak, dari semua kabar itu risiko penularan di Indonesia rendah sekali," tutur Zubairi.

Meskipun kondisi sudah terkendali, Zubairi tetap meminta kepada masyarakat terkhusus kelompok rentan baik lansia dan komorbid untuk tetap menerapkan protokol kesehatan seperti tetap menggunakan masker dan menjaga jarak meski di tempat terbuka. Ia juga mengimbau agar masyarakat Indonesia tetap menerapkan pola hidup baik dengan cara olahraga dan mengkonsumsi makanan bergizi.

Hal senada diungkapkan epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman. Menurutnya penerapan PPKM menjadi senjata untuk mengintervensi situasi agar tetap terkendali dan tidak melemah.

"Bahwa ada penurunan (kasus Covid-19 memang iya jauh lebih baik, tapi meskipun kondisi baik pandemi karena di belahan dunia lain masih serius. Jadi saya rasa sangat tepat penetapan status PPKM level 1. Pelonggaran sudah dilakukan satu hal yang saya ingatkan, pelonggaran intervensi harus disertai literasi agar ada persepsi risiko," kata Dicky.

Karena, PPKM level 1 adalah target yang harus dicapai satu daerah selama status pandemi masih berlaku. Ia pun meminta masyarakat untuk tidak terlalu percaya diri dengan adanya pelonggaran aturan lantaran masih ada banyak negara yang mencatat tingginya angka kasus Covid-19.

"Tidak boleh percaya diri berlebihan, euforia berlebihan, apa yang terjadi di belahan bumi lain bisa terjadi, oleh karenanya harus mencegah kerawananan dan potensi penularan yang intinya adalah modal imunitas," tutur Dicky

Pencegahan yang dilakukan adalah dengan melakukan vaksinasi Covid-19 hinga hingga 3 dosis serta tetap terus menggunakan masker. Berdasarkan salah satu riset terkait penggunaan masker saat pandemi Covid-19, masker dapat menurunkan sampai 80 persen risiko penularan pada saat berhadapan dengan gelombang varian Covid-19.

Dicky mengatakan negara yang mewajibkan warganya untuk memakai masker memiliki jumlah kematian yang lebih rendah. Perbandingan kematiannya bisa mencapai 50 per satu juta orang dengan negara yang tidak mewajibkan menggunakan masker ketika terjadi gelombang besar seperti akibat varian Delta lalu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement