REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Wendy Sherman bertemu dengan Presiden terpilih Filipina Ferdinand Marcos Jr. di Manila pada Kamis (9/6/2022). Pertemuan ini merupakan bagian dari perjalanan diplomatik AS yang sedang berlangsung di kawasan Asia-Pasifik.
Sherman mentweet setelah bertemu Marcos, bahwa keduanya membahas berbagai masalah, termasuk aliansi Filipina-AS. Pertemuan itu memperdalam hubungan ekonomi, memajukan hak asasi manusia, dan melestarikan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.
Setelah pertemuan dengan Sherman, juru bicara Marcos Victor Rodriguez mengatakan, keduanya telah membahas pentingnya memperdalam aliansi dan persahabatan antara Filipina dan AS. Pembahasan lainnya tentang kemitraan bersama untuk memperkuat ekonomi antara kedua negara.
AS tampaknya siap untuk bekerja dengannya, sebab Presiden AS Joe Biden menjadi salah satu pemimpin dunia pertama yang menelepon Marcos. Dia mengucapkan selamat kepada putra diktator lama Filipina Ferdinand Marcos Sr. yang digulingkan pada 1986 atas kemenangan dalam pemilihan bulan lalu.
Perjalanan Sherman datang sebagai bagian dari upaya yang lebih luas untuk menjangkau secara langsung para pemimpin di kawasan itu. Tindakan ini dinilai perlu seiring meningkatnya kekhawatiran atas dorongan Cina untuk memperluas pengaruhnya sendiri di area kritis yang strategis.
Sherman juga berhenti di Korea Selatan, Laos, dan Vietnam. Penasihat Departemen Luar Negeri AS Derek Chollet juga berada di kawasan itu, bertemu dengan para pejabat di Thailand, Singapura, dan Brunei.
Departemen Luar Negeri mengatakan kedua perjalanan itu menyoroti komitmen AS kepada asosiasi Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), serta kemitraan bilateral AS. Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin juga menjadi pembicara utama pada akhir pekan di Dialog Shangra-La di Singapura, forum pertahanan dan keamanan utama Asia.
Cina sendiri telah aktif dalam keterlibatan diplomatiknya di kawasan itu. Baru-baru ini Cina menandatangani kesepakatan keamanan dengan Kepulauan Solomon yang dikhawatirkan AS, Australia, dan lainnya dapat memberi China kesempatan untuk mendirikan pangkalan angkatan laut di Pasifik Selatan.
Kemudian Cina dan Kamboja juga memulai proyek perluasan pelabuhan di Pangkalan Angkatan Laut Ream Kamboja pada Rabu (8/6/2022). Kerja sama ini, menurut Washington dan sekutunya, dapat memberi Beijing sebuah pos militer penting yang strategis di Teluk Thailand.
Menyusul kesepakatan Kepulauan Solomon, Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi melakukan perjalanan ke beberapa negara pulau lainnya. Kunjungan ini berharap untuk menandatangani kesepakatan ambisius dengan 10 negara lainnya dalam berbagai bidang termasuk keamanan dan perikanan. Dia tidak dapat menemukan konsensus tentang kesepakatan itu, tetapi hanya menandatangani perjanjian bilateral yang lebih kecil.