Ahad 19 Jun 2022 07:50 WIB

Rusia Dituding Tempatkan Dunia pada Risiko Kelaparan

Ukraina dan Rusia adalah pemain besar dalam produksi pangan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Reiny Dwinanda
Gandum (Ilustrasi). Dunia akan tetap kekurangan gandum untuk beberapa waktu meskipun blokade pelabuhan dicabut oleh Rusia. Ukraina butuh sekitar enam bulan untuk membersihkan ranjau di perairan di sekitar pelabuhan Laut Hitam.
Foto: EPA-EFE/KHALED ELFIQI
Gandum (Ilustrasi). Dunia akan tetap kekurangan gandum untuk beberapa waktu meskipun blokade pelabuhan dicabut oleh Rusia. Ukraina butuh sekitar enam bulan untuk membersihkan ranjau di perairan di sekitar pelabuhan Laut Hitam.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan, Rusia telah menempatkan dunia dalam risiko kelaparan karena melakukan blokade terhadap ekspor gandum dari Ukraina. Dia turut mengkritik pembatasan ekspor gandum yang diterapkan Moskow.

Borrell berpendapat, Rusia telah secara sadar menggunakan pasokan gandum sebagai "senjata" untuk menghadapi siapa pun yang menentang aksi agresinya di Ukraina. Ia menyebut, Rusia mengubah Laut Hitam menjadi zona perang, memblokir pengiriman gandum dan pupuk dari Ukraina, termasuk memengaruhi pengiriman pedagang Rusia.

Baca Juga

"Rusia juga menerapkan kuota dan pajak pada ekspor gandumnya," kata Borrell dalam sebuah artikel yang diterbitkan di blog resminya, Sabtu (18/6/2022).

Borrell menjelaskan, meskipun Uni Eropa telah menerapkan beberapa paket sanksi terhadap Moskow, mereka tak pernah melarang Rusia mengekspor produk pertanian apa pun. Syaratnya, individu atau entitas yang berada di bawah sanksi tidak terlibat dalam proses tersebut.

"Kami sepenuhnya menyadari bahwa ada ‘pertempuran narasi’ seputar masalah ini (sanksi)," ucapnya.

Borrell mengatakan, sangat penting ekspor Ukraina diizinkan untuk dilanjutkan dengan kapal. "Kami bekerja sama dengan PBB dalam masalah ini dan Uni Eropa serta negara-negara anggotanya siap melakukan bagian yang diperlukan untuk mencapai hal ini," ujarnya.

Borrell berharap solusi dapat ditemukan dalam beberapa hari mendatang. Sebab, jika tidak, hal ini akan menjadi ancaman yang memicu bencana pangan global.

Pekan lalu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan, dampak konflik Rusia-Ukraina bagi dunia bisa semakin memburuk. Menurutnya, 1,6 miliar orang di berbagai negara bakal menanggung imbas perang antara dua negara bekas Uni Soviet tersebut.

"Dampak perang terhadap ketahanan pangan, energi, dan keuangan bersifat sistemik, parah, serta semakin cepat," kata Guterres saat mempresentasikan laporan kedua tentang dampak konflik Rusia-Ukraina pada 8 Juni lalu.

Guterres mengkhawatirkan krisis yang bisa muncul sebagai konsekuensi perang Rusia-Ukraina. "Bagi orang-orang di seluruh dunia, perang mengancam untuk melepaskan gelombang kelaparan dan kemelaratan yang belum pernah terjadi sebelumnya, meninggalkan kekacauan sosial serta ekonomi di belakangnya," ucapnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement