Jumat 24 Jun 2022 03:35 WIB

Pemerintah China Akui Ekosistem Pesisir Masih Tidak Sehat

Sebagian besar ekosistem laut China masih dalam kondisi yang buruk

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Sebagian besar ekosistem laut China masih dalam kondisi yang buruk meskipun ada perbaikan baru-baru ini.
Foto: AP/Aaron Favila
Sebagian besar ekosistem laut China masih dalam kondisi yang buruk meskipun ada perbaikan baru-baru ini.

REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Sebagian besar ekosistem laut China masih dalam kondisi yang buruk meskipun ada perbaikan baru-baru ini. Lebih banyak upaya diperlukan untuk memulihkan, melindungi, dan memantau pesisir China.

"Sebagian besar ekosistem laut yang dipantau tetap dalam kondisi kurang sehat," kata Wakil Direktur Departemen Ekologi Laut Kementerian Ekologi dan Lingkungan Zhang Zhifeng.

Menurut Zhang, keanekaragaman hayati di China telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Hampir 30 persen perairan pesisir dan 37 persen dari garis pantai kontinental negara itu sekarang menjadi bagian dari skema "garis merah" yang bertujuan melindungi dari degradasi.

China meluncurkan sistem "garis merah perlindungan ekologis" pada 2011. Masing-masing wilayah diperintahkan untuk membuat peta hutan alam, sungai, lahan basah, dan ekosistem rentan lainnya yang harus dilindungi dari pembangunan.

China telah memperingatkan bahwa pembangunan yang cepat dan berintensitas tinggi di wilayah pesisir telah menciptakan tekanan lingkungan yang sangat besar. Polusi dan perusakan habitat yang masih belum sepenuhnya terkendali.

Zhang menyatakan, pemerintah telah berjanji untuk membuat sistem untuk memulihkan sebagian besar garis pantainya. China sebelumnya telah berencana membangun 15 proyek infrastruktur pesisir tahun ini dengan total investasi 66,9 miliar yuan dan mengeluarkan 378 izin yang memungkinkan perusahaan membuang limbah ke laut.

Sekitar 25 persen wilayah China sekarang dicakup oleh skema perlindungan tersebut. Hanya saja, perlu ada kerja sama dengan negara lain untuk melindungi setidaknya 30 persen dari daratan dan lautnya pada 2030.

Target itu akan dibahas selama negosiasi untuk pakta keanekaragaman hayati global baru pasca-2020. Tahap akhir negosiasi pada awalnya akan berlangsung di Kunming, China tenggara tetapi sekarang telah pindah ke Montreal, Kanada di tengah kekhawatiran bahwa langkah-langkah keras "zero-Covid" yang diterapkan China akan mengganggu pembicaraan.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement