REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN -- Bencana tanah longsor kembali terjadi di berabagi wilayah di Kabupaten Kuningan. Masyarakat pun diimbau mewaspadai ancaman bencana di musim kemarau basah seperti sekarang.
Berdasarkan data Pusdalops Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kuningan, selama sepekan terakhir, bencana longsor dilaporkan terjadi di sepuluh titik lokasi. Dalam peristiwa tersebut, seorang warga meninggal dunia tertimpa longsoran tanah.
"Bencana longsor diawali dengan hujan intensitas sedang hingga lebat," ujar Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kuningan, Indra Bayu Permana, akhir pekan kemarin.
Adapun longsor itu terjadi di Blok Kayombangan, Dusun Pawasa, Desa Sumberjaya, Kecamatan Ciwaru, Senin (20/6) pukul 17.00 WIB. Dalam peristiwa itu, seorang warga bernama Yaya (62), meninggal dunia tertimpa tanah longsor.
Saat itu, korban akan pulang ke rumah usai menyadap gula aren. Namun, hujan yang sangat lebat tiba-tiba menyebabkan longsor dan menimbun korban. Jenazah korban ditemukan keesokan harinya setelah dilakukan pencarian oleh aparat desa dan masyarakat.
Selain di lokasi tersebut, bencana longsor juga terjadi di Dusun Sagara, Desa Sagaranten, Kecamatan Ciwaru, Jumat (24/6) pukul 16.10 WIB. longsor menyebabkan rumah milik warga bernama Titi Supriati retak-retak dan terancam terseret longsor.
Longsor juga terjadi di Dusun Cipeuteuy, Desa Pakapasan Girang, Kecamatan Hantara, Jumat (24/6) pukul 18.00 WIB. Longsor pada tembok penahan tanah (TPT) menimpa sebagian rumah warga bernama Kamad (60).
Selanjutnya, longsor terjadi di Blok Nitisara, Dusun Bojong, Desa Kadatuan, Kecamatan Garawangi, Jumat (24/6) pukul 16.00 WIB. Longsor terjadi pada badna jalan dan TPT jalan poros Desa Kadatuan penghubung Dusun Tarikolot - Dusun Bojong longsor.
Longsor juga dilaporkan di Dusun Singkup, Desa Padamulya, Kecamatan Maleber, Senin (20/6) pukul 15.00 WIB. TPT jalan Gang Mushola Al-Ikhlas longsor dan mengancam dua unit rumah warga.
Tak hanya di lokasi itu, longsor juga terjadi di Kampung Cibahu, Dusun Pahing, Desa Jatisari, Kecamatan Subang, Sabtu (18/6) pukul 16.30 WIB. Longsor terjadi pada tebing dan TPT rumah sejumlah warga.
Selanjutnya, longsor tercatat di Dusun Bungur, Desa Bungurberes, Kecamatan Cilebak, Kamis (23/6) pukul 19.30 WIB. TPT jalan yang longsor mengakibatkan bahu dan sebagian badan jalan utama Desa Bungurberes amblas.
Di Kampung Nanggerang, Dusun Manis, Desa Jatisari, Kecamatan Subang, longsor dilaporkan terjadi pada Jumat (24/6) pukul 15.00 WIB. Longsor berasal dari tebing belakang rumah milik warga dan menyeret kandang kambing serta sebagian dapur.
Di hari yang sama, longsor pun terjadi di Dusun Bangbayang RT 009 RW 003, Desa Bungurberes, Kecamatan Cilebak, Jumat (24/6) pukul 16.00 WIB. Tebing longsor di dua titik mengakibatkan akses jalan menuju Dusun Bangbayang tertutup longsoran dan material pohon yang tumbang terbawa longsor. Akibatnya, akses jalan tidak dapat dilalui kendaraan roda dua maupun roda empat.
Di waktu yang hampir bersamaan, longsor terjadi di Dusun Bangbayang RT 010 RW 003, Desa Bungurberes, Kecamatan Cilebak, Jumat (24/6) pukul 16.15 WIB. Longsor terjadi di empat titik, baik tebing maupun TPT sejumlah warga.
"Berdasarkan informasi dari BMKG, pada Juni ini pun masih banyak hujan. Oleh karena itu, kami mengimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai bencana," kata Indra.
Pemkab Kuningan pun telah menggelar apel kesiapsiagaan menghadapi musim kemarau basah di Kabupaten Kuningan, di Pandapa Paramarta, Rabu (22/6). Apel dipimpin langsung oleh Bupati Kuningan, Acep Purnama.
Acep mengungkapkan, berdasarkan informasi dari BMKG, sejak akhir Mei hingga saat ini, terjadi perubahan dinamika cuaca berupa suhu laut di perairan Jawa masih hangat. Selain itu, masih terjadinya fenomena La Nina yang menyebabkan suplai penguapan dan massa udara lebih banyak sehingga potensi awan hujan juga banyak terbentuk.
"Maka dari itu, sampai saat ini masih cukup sering terjadi hujan, khususnya di wilayah Kabupaten Kuningan dan sekitarnya. Kondisi ini tidak hanya di Jawa Barat, melainkan merata hampir seluruh pulau Jawa dan sering juga disebut dengan kemarau basah," ujar Acep.
Kemarau basah merupakan kemarau dengan curah hujan di atas rata-rata normal dan masih sering turun hujan. Acep menyebutkan, kondisi masih cukup seringnya turun hujan itu diperkirakan berlangsung hingga Agustus mendatang.
Untuk itu, masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap potensi cuaca ekstrem. Seperti hujan lebat disertai angin kencang dan petir.