Rabu 29 Jun 2022 06:49 WIB

Kasus Cacar Monyet Dilaporkan di Singapura, Bagaimana dengan Indonesia?

Indonesia belum mencatat kasus cacar monyet meski tetap waspada

Rep: Rr Laeny Sulistyawati / Red: Nashih Nashrullah
Cacar monyet atau monkeypox. Ilustrasi.Indonesia belum mencatat kasus cacar monyet meski tetap waspada
Foto: Pixabay
Cacar monyet atau monkeypox. Ilustrasi.Indonesia belum mencatat kasus cacar monyet meski tetap waspada

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Penyebaran kasus penyakit cacar monyet di sejumlah negara terus terjadi, bahkan terbaru dilaporkan telah menjalar ke Singapura. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengaku cacar monyet belum ditemukan di Indonesia dan terus mewaspadai perkembangannya.   

"Cacar monyet belum ada di Indonesia. Sejauh ini 43 negara yang sudah melaporkan cacar monyet, termasuk Singapura," ujar Juru Bicara Kemenkes, Mohammad Syahril, saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (29/6/2022).

Baca Juga

Dia menambahkan, Indonesia masih dalam tahap memantau perkembangan cacar monyet secara global. Lebih spesifik, Indonesia mewaspadai perkembangan cacar monyet di 43 negara. 

Dia mengaku kewaspadaan ini sudah diberikan untuk seluruh maskapai penerbangan supaya berhati-hati terhadap setiap penumpang yang mempunyai riwayat atau keadaan yang sedang sakit, terutama dari negara yang terpapar virus ini. 

Selain itu, dia mengeklaim pemerintah Indonesia juga telah meningkatkan kewaspadaan di pintu masuk negara, baik lewat darat, laut, dan udara. "Jadi, perlu kerja sama maskapai dan kantor kesehatan pelabuhan," ujarnya.

Kemudian, dia melanjutkan, Kemenkes juga menyiapkan kewaspadaan termasuk memberikan pedoman penanganan kasus cacar monyet di pusat kesehatan masyarakat (puskesmas), rumah sakit, hingga laboratorium yang jadi rujukan untuk mendeteksi cacar monyet.

Lebih lanjut dia menjelaskan, penyakit ini bukanlah penyakit baru. Penyakit ini sudah lama ada sejak 1958 lalu, namun penularannya hanya dari hewan ke hewan. Kemudian, sekitar 1970-an terjadi penularan dari manusia ke manusia. 

Dia menambahkan, saat itu cacar monyet menjadi endemis di Afrika Tengah, kemudian baru di tahun ini menular dan menyebar ke negara-negara Eropa, Amerika, termasuk negara-negara di Asia yang lain. 

Menurut laporan sejarah yang ada, dia melanjutkan, cacar monyet ini disebabkan virus cacar monyet yang bisa sembuh sendiri. "Jadi, tidak terlalu berat. Bahkan, angka kematiannya hanya maksimal 10 persen," ujarnya.

Sementara itu dari 43 negara yang melaporkan kasus cacar monyet saat ini, Kemenkes mendapatkan laporan bahwa belum ada kematian. 

Artinya, dia menambahkan, tingkat penyebarannya tidak terlalu cepat dan angka kesakitannya juga tidak terlalu berat sebab, orang yang terserang cacar monyet sekitar 21 sampai 27 hari setelah inkubasi akan sembuh sendiri. 

Dia menambahkan, pasien bisa sembuh sendiri karena penyakit ini disebabkan oleh virus. Apabila pasien harus dirawat di rumah sakit, dia menambahkan, maka pengobatannya bersifat supportif berdasarkan gejala. "Yang penting mencegah dan mengobati infeksi yang lain. Kalau ada infeksi, diberikan obat anti infeksi yang lain," katanya.

Tak hanya cacar monyet, Syahril mengingatkan saat ini ada beberapa penyakit menular yang dihadapi Indonesia di antaranya hepatitis akut hingga Covid-19. 

Oleh karena itu, dia menambahkan, upaya untuk mencegah supaya tak tertular cacar monyet dan penyakit menular lainnya yaitu dengab melakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), kemudian menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah tertular. 

"Kalau cacar monyet (ditularkan) melalui kontak langsung dari seseorang kepada binatang seperti kera, tupai, atau orang. Untuk itu hindari kontak langsung kepada mereka ini (yang tertular cacar monyet)," ujarnya.

Lebih lanjut Syahril meminta masyarakat tetap waspadai cacar monyet namun tak panik karena penyakit ini tidak terlalu berat.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement