Rabu 29 Jun 2022 16:16 WIB

Potensi Ekonomi Qurban Diperkirakan Meningkat 

Potensi ekonomi kurban di tahun ini akan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Agung Sasongko
Petugas Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Surabaya memeriksa mulut sapi di salah satu penjual hewan kurban di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (29/6/2022). Pemeriksaan kesehatan hewan kurban tersebut dilakukan untuk memastikan hewan kurban yang dijual dalam kondisi sehat terutama terbebas dari penyakit mulut dan kuku (PMK) sehingga layak dikonsumsi.
Foto: ANTARA/Didik Suhartono
Petugas Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Surabaya memeriksa mulut sapi di salah satu penjual hewan kurban di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (29/6/2022). Pemeriksaan kesehatan hewan kurban tersebut dilakukan untuk memastikan hewan kurban yang dijual dalam kondisi sehat terutama terbebas dari penyakit mulut dan kuku (PMK) sehingga layak dikonsumsi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat zakat, Yusuf Wibisono mengatakan, potensi ekonomi kurban di tahun ini akan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun terdapat wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), dia meyakini akan ada peningkatan meski tak signifikan. 

"Secara keseluruhan, saya meyakini potensi ekonomi kurban tahun ini akan lebih tinggi dari tahun lalu namun kenaikannya konservatif, hanya sedikit meningkatnya," kata Yusuf pada Rabu (29/6/2022).

Baca Juga

Yusuf mengungkapkan, wabah PMK menjadi tantangan besar kurban tahun ini. Wabah PMK berpotensi memukul peternak dan pekurban sekaligus. 

Menurut dia, di sisi peternak, wabah PMK ini membuat kerugian besar dengan jatuhnya harga jual ternak yang terkena penyakit, dan bahkan matinya hewan ternak akibat wabah PMK. Dia mengatakan, Momentum idul adha yang biasanya menjadi momentum peternak mendapat keuntungan kini justru menjadi mimpi buruk. 

"Kita menyesalkan pemerintah yang sangat lambat bergerak mencegah penyebaran wabah PMK ini," kata dia.

Dia melanjutkan, sementara itu di sisi pekurban, wabah PMK membuat kerugian dengan potensi mahalnya harga hewan ternak, yang terjadi karena dua hal. Pertama, menurunnya pasokan hewan kurban karena banyak ternak terkena penyakit atau bahkan mati karena wabah PMK ini. Kedua, distribusi dan lalu lintas hewan ternak dibatasi untuk meredam penyebaran wabah PMK, sehingga pasokan dan ketersediaan hewan kurban berkurang. Yusuf mengatakan, dengan harga lebih tinggi, semakin sedikit masyarakat muslim yang bisa menjadi pekurban.

"Ada dua faktor yang berlawanan arah disini, yang berpotensi menambah dan menurunkan nilai ekonomi kurban tahun ini. Dengan kembali dibukanya haji tahun ini, maka potensi pekurban dari jamaah haji dan keluarganya berpotensi akan berkurang. Namun, dengan pemulihan ekonomi pasca pandemi, potensi ekonomi kurban dari masyarakat muslim secara keseluruhan seharusnya meningkat. Namun potensi kenaikan dari pemulihan ekonomi pasca pandemi kini tertekan oleh kenaikan harga-harga kebutuhan pokok dan juga wabah PMK," papar Yusuf. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement