Kamis 30 Jun 2022 21:08 WIB

Pakar: Warganet Wajib Tahu Etika di Dunia Digital

Dosen Unair menyebut sepatutnya etika di dunia nyata dipraktekkan di dunia digital

Cyber bullying. Dosen Praktisi Program Magister Unair dan HR Profesional, Rovien Aryunia mengungkapkan etika di dunia digital menjadi landasan yang harus dimiliki setiap orang. Sebab di ruang digital individu dituntut untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan berbagai perbedaan kultural. Bahkan jarak maupun letak geografis tak lagi menjadi penghalang.
Foto: ist
Cyber bullying. Dosen Praktisi Program Magister Unair dan HR Profesional, Rovien Aryunia mengungkapkan etika di dunia digital menjadi landasan yang harus dimiliki setiap orang. Sebab di ruang digital individu dituntut untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan berbagai perbedaan kultural. Bahkan jarak maupun letak geografis tak lagi menjadi penghalang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Era teknologi digital tak terlepas dari hoaks, penipuan daring, ujaran kebencian, cyber bullying di samping dampak positif dengan segala kemudahannya. Cakap digital sebagai upaya adaptasi menjadi keharusan bagi pengguna di ruang digital agar dapat memanfaatkan perkembangan teknologi secara tepat.

Dosen Praktisi Program Magister Unair dan HR Profesional, Rovien Aryunia mengungkapkan etika di dunia digital menjadi landasan yang harus dimiliki setiap orang. Sebab di ruang digital individu dituntut untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan berbagai perbedaan kultural. Bahkan jarak maupun letak geografis tak lagi menjadi penghalang. 

Ada 7 kompetensi literasi digital terkait etika dalam berinternet. Antara lain kompetensi dalam mengakses informasi, menyeleksi dan menganalisis informasi, memahami etika digital sebagai upaya membentengi diri dari hal-hal negatif. Selain itu kompetensi digital juga meliputi memproduksi dan mendistribusikan informasi, memverifikasi pesan sesuai etika, berpartisipasi dalam membangun relasi sosial, serta berkolaborasi data dan informasi dengan aman dan nyaman di platform digital. 

"Idealnya etika yang kita tampilkan di ruang nyata sama dengan etika di ruang digital," kata Rovien saat berbicara dalam Webinar Makin Cakap Digital 2022 wilayah Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur

Namun nyatanya Netizen Indonesia justru sempat dinobatkan sebagai yang paling tidak sopan se-Asia Tenggara oleh Microsoft. Faktor yang memengaruhi buruknya indeks Indonesia yaitu hoaks, penipuan, ujaran kebencian, dan diskriminasi. 

Lebih lanjut dia mengatakan, maraknya cyberbullying atau perundungan di dunia maya sebagai tindakan agresif terhadap orang lain yang lebih lemah dengan menggunakan media digital dapat memunculkan ketakutan pada korban. Bahkan dapat berlanjut pada kekerasan fisik di dunia nyata. Beberapa contoh cyberbullying yang dilakukan di media sosial antara lain menyebar kebohongan tentang seseorang, menuliskan kata-kata menyelitkan di kolom komentar, mengirim pesan ancaman, hingga mengirim pesan jahat.

Webinar Makin Cakap Digital 2022 wilayah Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Siber Kreasi. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya digital skills, digital ethics, digital safety dan digital culture untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Kali ini hadir pembicara-pembicara yang ahli dibidangnya untuk berbagi terkait budaya digital antara lain Dosen Praktisi Program Magister UNAIR dan HR Profesional, Rovien Aryunia, Kepala Bidang Pelatihan Masyarakat dan Relawan TIK Blitar, Wahyu Dwi Prasetyo dan anggota Japelidi yang juga Dosen Komunikasi UNITRI Malang Asfira Rachmad.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement