REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Puluhan aktivis pada Rabu (7/9) menggelar demonstrasi untuk memperingati tujuh tahun kasus pembunuhan aktivis HAM Munir tepat di depan istana merdeka, Jakarta. Demonstrasi yang juga disertakan orasi itu berakhir ricuh dengan disertai pemukulan terhadap aktivis oleh aparat.
"Aksi Munir di depan istana digebuk polisi dan PM," ujar salah satu peserta aksi, koordinator Kontras, Haris Azhar di Jakarta, Rabu (9/7).
Peserta aksi lainnya, Usman Hamid pun sempat terpukul oleh aparat. Walhasil, aksi berakhir setelah diusir aparat dari depan istana. Dalam aksi tersebut, aktivis yang tergabung dalam komite aksi solidaritas untuk Munir ini menolak presiden palsu dan meminta presiden asli untuk mengabulkan lima tuntutan mereka.
Lima tuntutan tersebut yakni, pertama, Menuntaskan kasus Munir, menyeret ke pengadilan aktornya dan melakukan Peninjauan Kembali (PK) untuk tersangka Muchdi PR. Kedua, melindungi seluruh pembela HAM dari ancaman tindak kekerasan, menjauhi kriminalisasi dan menjaga integritasnya.
Ketuga, menuntaskan semua kasus pelanggaran HAM, baik untuk kasus masa lalu maupun yang terjadi akhir–akhir ini. Sedangkan keempat, bertindak konkret untuk keadilan dan kesejahteraan . Sementara terakhir, melawan korupsi .