REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Insiden gesekan fisik antara dua organisasi masyarakat Forum Betawi Rempug (FBR) dan Pemuda Pancasila (PP) pada Selasa (3/12) di kawasan Ciputat memiliki potensi eskalasi cukup serius bila tak segera dicegah, Pasalnya, dalam penanganan, polisi mengamankan barang bukti mulai senjata tajam hingga tiga krat bom molotov.
Namun, polisi belum bisa memastikan motif keributan kelompok massa FBR dan PP di Jakarta Selatan. Polisi menengarai permasalahan ini berawal dari masalah pribadi yang akhirnya berkembang menjadi permasalahan kelompok.
"Karena yang muncul berupa solidaritas negatif dari masing- masing kelompok," ungkap Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Baharudin Djafar kepada wartawan, Kamis (5/1).
Kapolda, jelas Baharudin, sudah mengundang dan mempertemukan masing- masing pemuka kelompok massa yang terlibat keributan ini. Hal ini untuk menjalin komunikasi dan membicarakan solusi penyelesaiannya.
Prinsipnya, komunikasi antar kedua pemuka kelompok massa ini sudah terjalin dan selama ini komunikasi di tingkat pimpian ini tetap harmonis. "Sehingga gesekan ini hanya terjadi di tingkat kelompok massa terbawah," ujar Kabid Humas.
Biasanya, masih jelas Baharudin, masalah ini terjadi akibat saling ejek antar kelompok tersebut. Kemudian berkembang menjadi pertikaian yang berujung pada tindakan- tindakan anrkis seperti perusakan aset kelompok yang dianggap lawan dalam perselisihan ini.
"Ini bisa timbul karena di tingkat bawah sudah terbangun nilai- nilai solidaritas negatif. Sehingga mereka mudah terpancing untuk melakukan tindakan yang tidak semestinya dilakukan," lanjutnya.
Baharudin juga menambahkan, dalam kasus keributan antar kelompok ini polisi telah memeriksa sedikitnya 18 orang. Setelah dimintai keterangan dan diambil sidik jarinya ke- 18 anggota kelompok ini sudah dikembalikan.