REPUBLIKA.CO.ID, WONOSOB0 - Cuaca panas di musim kemarau saat ini, diperkirakan akan terus menggiring babi hutan dan kera keluar dari hutan di dua wilayah, yaitu Kecamatan Garung dan Watumalang, Kabupaten Wonsobo. Keluarnya babi hutan dan kera ini merusak puluhan lahan pertanian penduduk seperti jagung dan ketela.
Penduduk yang mencoba menghalau setiap kali kedua jenis binatang tadi masuk ladang makin kewalahan. "Sejak kamarau makin kering, babi yang keluar hutan semakin banyak," ungkap Wardiono, warga Desa Mutisari, Kecamatan Watumalang.
Hal serupa juga terjadi di Desa Mlandi, Desa Sitiharjo dan Desa Tegalsari, Kecamatan Garung. Akibat serangan babi hutan dan kera, sedikitnya 10 hektar lahan pertanian, seperti ketela dan jagung gagal panen.
Mahyatus, Kepala Desa Mutisari, Watumalang mengatakan, lahan yang menjadi sasaran utama binatang-binatang yang diduga mulai kesulitan pangan karena kemarau tersebut, berada di pinggir hutan. "Ladang pertanian warga rusak total, beberapa hari ini serangan babi makin mengganas. Warga sudah berupaya memburu dengan peralatan tradisional seperti tombak dan parang, tapi intensitas serangan malah makin tinggi," kata Mahyatus Ahad (7/8).
Berdasarkan catatan Pemerintahan Desa setempat, sampai saat ini, di Mutisari, lahan jagung seluas 15 hektar rusak total, sehingga petani gagal panen. Menurut Mahyatus, sebenarnya serangan babi hutan sudah terjadi sejak setahun terakhir ini.
Namun intensitas serangannya oleh warga masih dianggap biasa dan wajar. "Tapi sejak memasuki musim kemarau ini, serangan babi jadi sangat luar biasa dan sekarang sudah sangat meresahkan," katanya menambahkan.
Menurut Cipyanto, Ketua gapoktan Desa Mutisari, yang menjadi sasaran serangan babi hutan tidak hanya jagung, tapi ketela juga gagal panen. Petani rugi puluhan juta rupiah serta terancam krisis pangan lantaran jagung merupakan makanan pokok di daerah ini. "Kami berharap Pemda turun tangan membantu kami," tuturnya.
Kera dan Babi
Selain Desa Mutisar di Kecamatan Watumalang, serangan babi dan kera masih terjadi di di Desa Mlandi, Desa Sitiharjo dan Desa Tegalsari Kecamatan Garung yang mengakibatkan lahan pertanian sekitar 10 hektare gagal panen.
Maraknya serangan kedua hewan itu, karena di hutan seputar desa-desa tersebut tak ada pepohonan yang menyediakan pangan bagi mereka. Sehingga untuk mencari pangan, mereka menyerang lahan penduduk, berupa lahan jagung, ketela, wortel dan berbagi jenis sayuran lain.
"Karena diserbu kera dan babi hutan, petani disini acapkali gagal panen. Di musim kemarau ini, kami perkirakan jumlah mereka yang turun lebih banyak lagi," tutur Sukiman (57), warga Desa Mlandi.
Baik babi hutan maupun kera tadi, sakali turun jumlahnya mencapai puluhan. Sementara warga tidak berani membunuh mereka. Paling-paling, kata Sukiman, warga hanya menghalau mereka.
"Babi hutan biasanya turun malam hari, sedangkan kera bisa pagi hari, siang dan sore, pada musim tanam lalu sekitar sepuluh hektar lahan jagung, wortel dan ketela di tiga desa gagal panen karena keduluan babi dan kera," katanya menambahkan.
Kedua binatang tersebut, kata Sukiman, sudah lama menjadi musuh petani di Desa Mlandi dan sekitarnya. Ia memperkirakan, karena di hutan sekitar desa-desa tersebut sekarang ini jarang ditemui tanaman buah yang bisa dimangsa monyet.
Sekretaris Desa Mlandi Edo Sambodo, mengatakan, ada tiga dusun yang paling parah menderita kerusakan tanamannya karena digasak babi dan monyet. Tiga dusun paling parah tadi adalah Dusun Tedungan, Sirangkel dan Gondang.