REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG - Gunung Papandayan yang menjulang tinggi di Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Jawa Barat, dikhawatirkan meletus pada saat perayaan Idul Fitri 1432 Hijriah atau Lebaran 2011.
"Saya berharap sampai status siaga, aktivitas gunung berhenti. Hari ini memang ngak ada gempa, tapi trennya naik terus. Kan ngak elok kalau meletus saat Lebaran," kata Kepala Pusat Vulkonologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM Dr Surono, di Bandung, Selasa.
Ditemui usai menghadiri Rapat Koordinasi (Rakor) Tingkat Provinsi Jawa Barat mengenai kesiapan menghadapi Hari Raya Idul Fitri 2011, Dr Surono menyatakan kekhawatiran tersebut atas dasar keadaan Gunung Papandayan saat ini.
Dr Surono mengatakan, keadaan Gunung Papandayan sempat mengalami masa kritis pada Jumat (19/8) malam menuju Sabtu (20/8) dini hari. "Kondisi kritis terjadi tanggal 19 Agustus lalu sampai pukul 00.00 menjelang tanggal 20 Agustus. Ketika itu terjadi 45 kali gempa," ujarnya.
Dikatakan, saat meletus 2002, diawali munculnya 60 kali gempa, kemudian terjadi peningkatan yang sangat tajam. Setelah itu, disusul letusan dari lubang kepundan gunung. "Nah sekarang, saya tinggal nunggu 15 kali gempa lagi. Kira-kira seperti itulah," kata Dr Surono.
Ia menambahkan, sejak gunung dinaikkan statusnya menjadi siaga, getaran gempa Papandayan tidak pernah mengalami menurunan.
Menurutnya, proses evakuasi akibat meletusnya Gunung Merapi di Yogyakarta, misalnya, jauh lebih sulit jika dibandingkan dengan kejadian serupa di luar Pulau Jawa.
Hal ini, kata Dr Surono, dikarenakan jumlah penduduk Pulau Jawa yang banyak serta tidak adanya kontrol atau kendali dari masyarakat yang dijadikan sebagai tokoh adat. "Pulau Jawa itu penduduknya sudah padat, jadi kendalinya di mana. Kalau di luar Jawa ada kendalinya. Seperti di Gunung Lokon ada tokoh adatnya, kalau di Jawa kan ngak ada," ujarnya.