Rabu 14 Sep 2011 16:09 WIB

Riyan Habiskan Sembilan Tahun Terikat di Ranjang

Rep: C26/ Red: Johar Arif

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWACI -- Ikatan kain di kedua tangan dan kakinya tidak menahan Riyansyah (11 tahun) untuk tetap bergerak. Sesekali kakinya menendang-nendang dan kepalanya bergerak ke kiri dan kanan.

Tangannya diikat kain sarung dengan erat di atas tubuhnya. Kepala ranjang yang merupakan besi tempa dilapisi dengan bantal tebal.

Begitulah Riyan, demikian ia akrab disapa, menghabiskan harinya di kamar berukuran dua meter persegi. Sudah sembilan tahun ia hanya terbaring di tempat tidur. Televisi 21 inchi setia menemaninya sehari semalam.

Sang ibu, Roudhotul (40 tahun), terpaksa mengikat putra keduanya tersebut di tempat tidur sebab Riyan mempunyai kecenderungan untuk menyakiti dirinya sendiri.

Jika sedang kesal karena keinginannya tidak dituruti, Riyan akan membentur-benturkan kepalanya ke lantai atau ke benda keras lainnya. Terkadang ia menarik-narik rambutnya atau berusaha mencongkel matanya dengan tangan. "Sejak usia 1,5 tahun kebiasaan tersebut mulai terlihat," ujar Roudhotul saat ditemui di kediamannya di Jalan Mastam RT 07 RW 03 Nomor 62 Kampung Cibodas Kecil, Kelurahan Cimone, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang, Rabu (14/9).

Menurut sang ibu, semakin lama kebiasaan itu semakin jadi. Tidak hanya ketika marah atau kesal saja. Tindakan Riyan sepertinya dilakukannya tanpa sadar.

Riyan kerap kali menangis setelah menyakiti dirinya sendiri. Roudhotul menduga anaknya menangis karena merasakan sakit akibat tindakannya sendiri.

Secara fisik Riyan terlihat sangat kurus dibandingkan anak seusianya. Pipinya sangat tirus sehingga menonjolkan tulang pipinya. Kakinya juga kecil. Tubuhnya seperti tulang yang dibungkus kulit.

Roudhotul mengungkapkan sejak bayi hingga kini putranya hanya mau mengonsumsi susu.

Hingga usia 12 bulan Riyan mengonsumsi Air Susu Ibu (ASI). Kini ia mengonsumsi susu bubuk instan. Ia mampu menghabiskan enam botol susu ukuran besar dalam satu hari. Masing-masing tiga botol pada siang dan malam hari.

Ia juga sempat mengonsumsi biskuit tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama. Hanya sekitar sebulan ia mengonsumsi biskuit.

Roudhotul mengatakan kehamilannya berjalan dengan normal. Hanya saja ia tidak rutin memeriksakan kehamilannya di Puskesmas.

Ketika menginjak usia kehamilan sembilan bulan, ia terpaksa harus disuntik rangsangan karena tak kunjung merasakan mulas.

Saat Riyan lahir pada 30 September 2000, ia tidak menangis sama sekali. Lalu, ia dirujuk ke RS Usada Insani. Karena tetap tidak ada reaksi sama sekali, akhirnya keluarga memutuskan untuk membawa pulang Riyan.

Keadaan tersebut berlangsung hingga 25 hari. "Kami udah kayak ngurusin boneka aja saat itu," kata Roudhotul.

Riyan akhirnya menunjukkan reaksi setelah dibawa ke orang pintar. Reaksinya adalah tangannya bisa bergerak-gerak.

Pada saat usianya lima hingga 12 bulan Riyan sempat gemuk seperti bayi umumnya. Pada 2004, Riyan sempat bolak-balik ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tangerang. Di RSUD tersebut ia divonis menderita autis.

Oleh pihak RSUD, ia dirujuk ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Di sini ia juga divonis menderita autis. Ia sempat mendapatkan terapi dari psikolog.

Tak kunjung merasakan ada perubahan dari putranya tersebut, Roudhotul akhirnya menghentikan sama sekali pengobatan untuk Riyan sejak 2005.

Roudhotul dan suaminya Husni Hasbullah (43 tahun) yang berasal dari Lampung berharap ada pihak yang mau membantu pengobatan putranya hingga sembuh.

Penghasilan Husni sebesar Rp 2.000.000 per bulan sebagai petugas keamanan pabrik dinilainya hanya cukup untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari dan biaya sekolah putri sulungnya di SMP.

Menurut dr. Dewi Yuliani dari Puskesmas Karawaci Baru, Riyan akan dirujuk ke RSUD untuk menjalani pemeriksaan dari awal. "Semua rekam medis terdahulu sudah dibuang oleh ibunya," ujarnya yang saat itu mengunjungi kediaman Riyan, Rabu (14/9).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement