Senin 26 Dec 2011 21:23 WIB

Pupuk Kimia Tewaskan Sapi di Gunung Kidul

Red: Djibril Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL - Sebanyak 11 sapi di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, ditemukan mati mendadak setelah memakan hijauan yang diduga terkontaminasi pupuk kimia. Ketua Gapoktan Desa Sidorejo, Kecamatan Ponjong Seto di Gunung Kidul, Senin (26/12), mengatakan sebanyak 11 sapi mati mendadak dengan waktu yang berbeda dalam beberapa pekan terakhir.

Dia mengatakan sejumlah sapi tersebut mati setelah memakan daun jagung muda atau tebon, yang terkontaminasi pupuk kimia jenis urea. "Sapi mati setelah memakan tebon selang beberapa jam. Dugaan peternak tebon yang terkontaminasi pupuk urea berwarna merah muda mengandung racun," kata dia.

Dia mengatakan peternak di Gunung Kidul saat ini umumnya memberi pakan ternak di lahan pertanian milik mereka, yang telah dipupuk menggunakan urea sehingga mereka menduga penyebab kematian sapi karena pupuk urea.

"Pupuk urea berwarna merah itu merupakan pupuk bersubsidi yang petani gunakan saat musim tanam kali ini," kata dia.

Menurutnya, sapi mati mendadak secara merata juga terjadi di kecamatan lain, yakni Semanu pada tahun ini. Dia mengatakan kematian mendadak sapi membuat peternak takut memberi makan sapi sehingga peternak harus membeli hijauan berupa daun kolonjono.

"Beberapa peternak harus mencari makanan selain tebon di pegunungan karena takut sapinya mati," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan (Disnak) Gunung Kidul Khrisna Berlian mengatakan tim dokter dari Puskeswan Semanu dan Ponjong telah memeriksa penyebab kematian sapi. Dia mengatakan dari hasil pemeriksaan sementara sapi mati diduga karena memakan hijauan yang tercemar atau terkontaminasi pupuk urea selama musim tanam.

Ia mengatakan proses pemupukan tanaman jagung bisa memicu tebon atau dedaunan tanaman jagung terkontaminasi pupuk kimia. "Rentang waktu pemberian hijauan setelah pemupukan bisa memicu hijauan tercemar pupuk kimia," kata dia. Menurutnya, sapi yang mati mendadak dipastikan bukan karena penyakit menular sejenis antraks.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement