REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI - Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Lirboyo, Kediri, KH Idris Marzuki mengaku kehilangan sosok pejuang NU atas wafatnya pengasuh Pesantren Langitan, Widang, Kabupaten Tuban, KH Abdullah Faqih (82) Rabu (29/2) petang.
"Wafatnya seorang alim ulama itu sama dengan kehilangan umat. Kami sangat kehilangan dan menyampaikan duka atas wafatnya beliau (Abd Faqih)," kata KH Idris ditemui di rumahnya, PP Lirboyo, Kediri, Kamis (1/3).
Ia menilai, sosok KH Abdullah Faqih adalah ulama, pejuang yang baik. Ia mengenalnya sejak era almarhum Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada awal reformasi (1998). "Beliau sosok yang baik. Saya sering bersama beliau," ucapnya.
Ia mengatakan, selama dengan KH Abdullah Faqih, para ulama berjuang bersama, demi kepentingan umat. Almarhum sosok yang sangat teguh untuk berjuang, demi berdakwah.
"Kami berjuang bersama-sama, saat para kiai mendirikan PKNU, karena saat itu para kiai tidak sama pendapatnya dengan Gus Dur tentang masalah politik. PKNU didirikan demi berdakwah, itu yang jadi motivasi," katanya, menegaskan.
Sepeninggal almarhum, kata dia, ia merasa sangat kehilangan tokoh besar. Terlebih lagi, almarhum juga sosok yang rendah hati dan peduli. Ia juga sudah meminta para santri untuk mendoakan almarhum, langsung setelah ada kabar wafatnya almarhum. Selain itu, para santri juga berencana akan menggelar shalat gaib untuk mendoakan arwahnya, semoga 'khusnul khotimah'.
KH Idris juga berencana datang langsung untuk takziah ke rumah duka di Tuban. Namun, karena kondisi kesehatannya yang tidak memungkinkan melakukan perjalanan jauh, ia urung melakukannya.
Wafatnya KH Abdullah Faqih menambah panjang deret wafatnya ulama di Jatim awal 2012 ini. Sebelumnya, di Kediri dua ulama besar juga wafat, yaitu pengasuh PP Lirboyo, Kediri KH Imam Yahya Mahrus dan pengasuh PP Ploso KH Munif Djazuli.