REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dolar AS akan tetap kuat setidaknya selama tiga bulan ke depan karena ekspektasi kenaikan suku bunga Federal Reserve yang agresif dan daya tarik safe-haven yang berasal dari kekhawatiran resesi global, jajak pendapat Reuters terhadap analis valuta asing menunjukkan.
Aksi jual baru-baru ini dalam aset-aset berisiko dan pasar obligasi juga memainkan reli dolar yang luas terhadap hampir setiap mata uang lainnya, ke level yang tidak terlihat dalam dua dekade. Para analis mengatakan, tidak ada alasan bagus untuk memperkirakan relinya berhenti.
Sudah naik 7,0 persen yang lumayan tahun lalu, dolar telah melonjak lagi 12 persen tahun ini, secara konsisten melebihi ekspektasi hampir setiap peramal tentang berapa lama kenaikan beruntunnya akan bertahan.Tiga perempat mayoritas analis, 37 dari 48, dalam pertanyaan terpisah dari jajak pendapat valas Reuters 1-6 Juli memperkirakan tren itu akan berlanjut setidaknya selama tiga bulan lagi.
Dari jumlah tersebut, 19 mengatakan tiga hingga enam bulan, 10 mengatakan enam hingga 12 bulan, empat mengatakan setidaknya satu tahun dan empat mengatakan setidaknya dua tahun. Hanya 11 responden yang mengatakan kurang dari tiga bulan.Namun terlepas dari kekuatan jangka pendek, perkiraan median dari jajak pendapat terbaru dari hampir 70 analis berpegang teguh pada pandangan lama bahwa dolar akan melemah dalam 12 bulan mendatang, meskipun euro sekarang diperdagangkan pada level terlemahnya dalam dua dekade.