Kamis 14 Jul 2022 07:06 WIB

Hikmah Medis Dilarangnya Berhubungan Intim Melalui Dubur dan Oral

Tujuan berhubungan intim dalam Islam adalah menghadirkan kebahagiaan dan keturunan.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Ani Nursalikah
Ilustrasi Hubungan Suami Istri. Hikmah Medis Dilarangnya Berhubungan Intim Melalui Dubur dan Oral
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Hubungan Suami Istri. Hikmah Medis Dilarangnya Berhubungan Intim Melalui Dubur dan Oral

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu tujuan berhubungan intim dalam Islam adalah menghadirkan kebahagiaan dan juga memperoleh keturunan. Maka dalam melaksanakannya, ada adab-adab yang perlu diperhatikan umat Islam. 

Dokter spesialis obstetrisian dan ginekologi (Obgyn) Imam Rasjidi menjelaskan, proses kelahiran hanya akan terjadi jika pembuahan sperma laki-laki kepada ovum perempuan terjadi pada rahim. Dalam hal ini, ajaran Islam memberi syariat bahwa senggama harus dilakukan pada tempat yang semestinya, yakni melaui vagina. 

Baca Juga

Sehingga dilarang melakukan senggama dan juga ejakulasi melalui anus (dubur) atau mulut wanita (oral). Sebab percintaan yang dilampiaskan pada tempat selain vagina mustahil dapat membuahkan keturunan.

Secara medis, melakukan hubungan intin melalui anus juga sangat rentan menimbulkan penyakit menular seksual yang menyebabkan kemudharatan bagi pasangan. Allah SWT berfirman dalam Alquran Surah Al-Baqarah ayat 223, "Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki,". 

Untuk itu yang ditekankan adalah, Islam mengajarkan etika bersenggama yang harus dipahami oleh setiap umat Muslim. Sebab ada banyak sekali ayat Alquran dan juga sunnah Nabi yang menuturkan masalah etika bercinta ini. Karenanya sebelum bercinta, setiap Muslim perlu memperhatikan etika dan prasyarat bersenggama yang baik sesuai syariat. 

Baca juga: Adab Berhubungan Intim Suami Istri dalam Islam

 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ السَّاعَةِ اَيَّانَ مُرْسٰىهَاۗ قُلْ اِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّيْۚ لَا يُجَلِّيْهَا لِوَقْتِهَآ اِلَّا هُوَۘ ثَقُلَتْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ لَا تَأْتِيْكُمْ اِلَّا بَغْتَةً ۗيَسْـَٔلُوْنَكَ كَاَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَاۗ قُلْ اِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللّٰهِ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ
Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang Kiamat, “Kapan terjadi?” Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu ada pada Tuhanku; tidak ada (seorang pun) yang dapat menjelaskan waktu terjadinya selain Dia. (Kiamat) itu sangat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi, tidak akan datang kepadamu kecuali secara tiba-tiba.” Mereka bertanya kepadamu seakan-akan engkau mengetahuinya. Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya pengetahuan tentang (hari Kiamat) ada pada Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”

(QS. Al-A'raf ayat 187)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement