REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Peristiwa Roshdul Qiblat atau matahari berkedudukan tepat di atas Ka'bah akan terjadi pada Jumat (15/7/2022) siang. Berdasarkan rilis Lembaga Falakiyah PBNU yang diterima Republika,co.id menyebutkan bahwa roshdul qiblat atau kulminasi utama akan berlangsung pada pukul 12:27:38 waktu Arab Saudi. Sebagaimana telah diperhitungkan melalui aneka metode ilmu falak, pada waktu tersebut bayang-bayang segenap benda yang terpasang tegak lurus paras air dan tersinari cahaya Matahari akan tepat sejajar dengan arah kiblat setempat.
Roshdul Qiblat adalah sebuah peristiwa unik dimana kedudukan Matahari dipandang dari Bumi akan tepat berada di atas Ka’bah. Atau dalam terminologi ilmu falak, adalah saat Matahari tepat menempati di titik zenith Ka’bah.
Roshdul Qiblat merupakan posisi yang diraih Matahari dalam siklus gerak semu tahunannya yang merupakan perwujudan kombinasi perputaran Bumi mengelilingi Matahari dan miringnya sumbu rotasi Bumi.
Dalam siklus gerak semu tahunan tersebut, maka kedudukan Matahari seakan–akan berpindah–pindah secara teratur dari utara ke selatan dan sebaliknya. Dalam terminologi ilmu falak, siklus gerak semu tahunan Matahari berlangsung di antara Garis Balik Utara (lintang 23,5º LU) dan Garis Balik Selatan (lintang 23,5º LS). Matahari akan berkedudukan tepat di atas Garis Balik Utara pada 20 atau 21 Juni setiap tahun.
Sebaliknya akan menempati titik zenith Garis Balik Selatan tiap 21 atau 22 Desember. Dan setiap 20 atau 21 Maret dan 22 atau 23 September, Matahari akan tepat berada di atas garis khatulistiwa. Setiap titik di antara Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan pada hakikatnya akan ditempati Matahari dua kali dalam setiap tahun Miladiyah. Maka kota suci Makkah al Mukarramah dengan Ka’bah di pusat kotanya pun akan mendapatkan kesempatan yang sama karena berkedudukan pada garis lintang 21º 25’ LU.
Pada saat Roshdul Qiblat terjadi maka nilai deklinasi Matahari akan sangat berdekatan dengan nilai garis lintang kota Makkah. Sehingga manakala terjadi kulminasi atas di kota Makkah, maka Matahari akan berkedudukan pada titik zenith Makkah.
Dalam kondisi Roshdul Qiblat, maka setiap benda yang terpasang tegak lurus paras air di kota Makkah akan kehilangan bayang–bayangnya. Sebaliknya bayang–bayang dari benda yang sama namun berada di luar kota Makkah dan sedang tersinari Matahari akan tepat sama dengan arah kiblat setempat.
Inilah sebabnya Roshdul Qiblat menjadi salah satu metode terakurat dalam mengukur arah kiblat. Roshdul Qiblat kali ini merupakan peristiwa yang kedua atau yang terakhir bagi tahun 2022 Miladiyah. Roshdul Qiblat itu akan terjadi pada Jumat Pahing 15 Dzulhijjah 1443 H / 15 Juli 2022 pada pukul 12:27:38 waktu Saudi Arabia. Atau bertepatan dengan pukul 16:28 WIB dan 17:28 WITA di Indonesia. Akan tetapi apabila kita berpedoman pada pendapat Imam Syafi’i tentang kiblat, maka terdapat stratifikasi kiblat mulai dari lingkup Masjidil Haram (diperuntukkan khusus bagi penduduk kota Makkah) hingga tanah haram Makkah (diperuntukkan untuk Muslim di seluruh dunia kecuali yang bertempat tinggal di kota Makkah).
Dan apabila diperhitungkan pula bahwa Matahari bukanlah benda langit yang nampak berbentuk titik laksana bintang–bintang pada umumnya, melainkan merupakan bola bercahaya berdiameter 0,5º. Dengan mengkombinasikan keduanya, maka Roshdul Qiblat pertama di tahun 2022 Miladiyah ini sesungguhnya terjadi pada Kamis Legi hingga Sabtu Pon, 14–16 Dzulhijjah 1443 H (14–16 Juli 2022). Semuanya terjadi pada jam yang sama, yakni 16:18 WIB atau 17:18 WITA.
Di Indonesia, Roshdul Qiblat dapat diamati dan dimanfaatkan untuk melaksanakan pengukuran arah kiblat yang akurat pada sebagian besar wilayah negeri ini. Kecuali di propinsi Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. Karena di tempat–tempat tersebut Matahari telah terbenam sebelum Roshdul Qiblat terjadi.
Sementara pada propinsi–propinsi di pulau Sulawesi dan kepulauan Nusa Tenggara, kedudukan Matahari sudah cukup rendah sehingga terbuka peluang Matahari sudah tak terlihat (tersembunyi di balik awan–awan di ufuk barat). Meskipun diperhitungkan masih mengalami Roshdul Qiblat.
Saat Roshdul Qiblat terjadi, maka kita cukup mencari benda yang terpasang tegaklurus paras air setempat sebagai acuan. Misalnya sudut bangunan. Atau yang paling sempurna adalah beban pendulum (lot) yang digantung pada tali. Kita juga membutuhkan jam yang sudah terkalibrasi, misalnya jam digital dalam gawai pintar kita. Tepat pada jam terjadinya Rashdul Qiblat, maka tandai bayang–bayang benda tersebut di tanah. Bayang–bayang tersebut akan sama dengan arah kiblat setempat.