Senin 18 Jul 2022 13:17 WIB

Kasus Perubahan Menstruasi Kian Umum Ditemukan Pascavaksinasi Covid-19

Perubahan menstruasi menjadi salah satu efek samping umum setelah vaksinasi Covid-19.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Perubahan menstruasi menjadi salah satu efek samping umum setelah vaksinasi Covid-19.
Foto: VOA
Perubahan menstruasi menjadi salah satu efek samping umum setelah vaksinasi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika orang dewasa memperoleh akses ke vaksin Covid tahun lalu, sebagian besar tahu akan efek sampingnya seperti sakit kepala, kelelahan dan nyeri. Namun, beberapa peneliti mencatat ada satu lagi efek samping yang umum bagi perempuan yaitu perubahan menstruasi

Sebuah analisis yang diterbitkan di jurnal Science Advances menemukan bahwa 42 persen orang dengan siklus menstruasi teratur, mengalami pendarahan lebih banyak dari biasanya setelah vaksinasi. Sementara itu, 44 persen melaporkan tidak ada perubahan dan sekitar 14 persen melaporkan menstruasi yang lebih ringan.

Baca Juga

Di antara orang-orang yang tidak menstruasi, mereka yang pasca-menopause atau yang menggunakan kontrasepsi jangka panjang tertentu, misalnya, penelitian ini menemukan banyak yang mengalami pendarahan tak terduga setelah divaksin Covid-19.

Survei tersebut melibatkan lebih dari 39 ribu orang berusia 18 hingga 80 tahun yang telah divaksinasi lengkap dan tidak tertular Covid. Penulis penelitian memperingatkan bahwa persentase tidak selalu mewakili tingkat perubahan menstruasi pada populasi umum. Tujuan survei itu hanya untuk memberikan bukti untuk studi masa depan, bukan untuk menetapkan sebab dan akibat.

Namun, penelitian terbaru lainnya juga menemukan bahwa vaksin Covid dikaitkan dengan perubahan kecil pada panjang siklus menstruasi. Survei baru dimulai pada April 2021, saat cukup banyak yang mulai melaporkan pendarahan tak terduga dan aliran yang lebih deras pasca-vaksin. Namun, hal ini mendapat sanggahan bahwa tidak ada data yang menghubungkan perubahan menstruasi dengan vaksinasi.

Itu benar dan menunjukkan masalah yang lebih besar. Individu yang mengambil bagian dalam uji coba vaksin Covid-19 tidak ditanya apakah mereka mengalami perubahan menstruasi.

“Sebelum vaksinasi keluar, saya akan mengatakan bahwa pengetahuan kami tentang hubungan antara imunisasi dan perubahan menstruasi secara umum adalah nihil,” kata Candace Tingen, direktur program di cabang penyakit dan kesehatan ginekologi dari National Institute of Child Health and Human Development seperti dilansir dari NBCNews, Senin (18/7/2022).

Secara keseluruhan, beberapa penelitian menilai efek langsung dari vaksinasi pada siklus menstruasi, dan sebagian besar uji coba farmasi tidak memasukkan pertanyaan tentang perubahan menstruasi.

Tingen melihat ini sebagai sebuah kesalahan. Mungkin, jika uji coba vaksin Covid-19 bertanya tentang menstruasi, orang tidak akan terkejut atau takut dengan efek samping yang tak terduga ini.

“Ini benar-benar kurangnya informasi yang saya pikir menyebabkan kebingungan, ketakutan dan mungkin keraguan terhadap vaksin,” katanya.

Rekan penulis studi Katherine MN Lee mengatakan bahwa secara keseluruhan, menstruasi tidak dipelajari ketika tidak relevan dengan kehamilan. Lee dan rekan-rekannya terinspirasi untuk bertanya kepada orang-orang tentang siklus menstruasi mereka setelah divaksinasi.

Kelompok survei mencakup lebih dari 3.500 orang yang diidentifikasi sebagai beragam gender. Sekitar 84 persen peserta berkulit putih, dan tidak ada yang berusia antara 45 dan 55 tahun karena para peneliti tidak ingin memasukkan perubahan yang terkait dengan perimenopause, ketika tubuh memulai transisi ke menopause. Responden divaksinasi dengan Pfizer, Moderna, AstraZeneca, Johnson & Johnson dan Novavax.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement