Senin 25 Jul 2022 00:28 WIB

WHO Tetapkan Cacar Monyet Darurat Kesehatan Global

Sepanjang tahun ini, ada lebih dari 16.000 kasus cacar monyet di 75 negara.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Poster Broadway muncul di luar Teater Richard Rodgers selama penguncian Covid-19 di New York pada 13 Mei 2020. Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pada Sabtu (23/7/2022), wabah cacar monyet yang menyebar dengan cepat merupakan keadaan darurat kesehatan global.
Foto: Photo by Evan Agostini/Invision/AP
Poster Broadway muncul di luar Teater Richard Rodgers selama penguncian Covid-19 di New York pada 13 Mei 2020. Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pada Sabtu (23/7/2022), wabah cacar monyet yang menyebar dengan cepat merupakan keadaan darurat kesehatan global.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pada Sabtu (23/7/2022), wabah cacar monyet yang menyebar dengan cepat merupakan keadaan darurat kesehatan global. Penyakit ini akhirnya ditetapkan sebagai tingkat kewaspadaan tertinggi oleh WHO.

Label "darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional (PHEIC)" dirancang untuk memicu respons internasional yang terkoordinasi. Penetapan ini dapat membuka pendanaan untuk berkolaborasi dalam berbagi vaksin dan perawatan.

Baca Juga

Anggota komite ahli yang bertemu untuk membahas rekomendasi potensial terbagi atas keputusan tersebut pada Kamis (21/7/2022). Sebanyak sembilan anggota menentang dan enam mendukung deklarasi tersebut.

Hasil tersebut mendorong Tedros sendiri untuk memecahkan kebuntuan. "Meskipun saya menyatakan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional, untuk saat ini wabah ini terkonsentrasi di antara pria yang berhubungan seks dengan pria, terutama mereka yang memiliki banyak pasangan seksual," kata Tedros dalam jumpa pers di Jenewa

"Stigma dan diskriminasi bisa sama berbahayanya dengan virus apa pun," ujarnya.

Tedros mengatakan, risiko penyakit yang menyebar melalui kontak dekat dan cenderung menyebabkan gejala seperti flu dan lesi kulit berisi nanah ini adalah moderat secara global, kecuali di Eropa. WHO menganggap penyebaran di wilayah Eropa risikonya tinggi.

Tedros biasanya mendukung rekomendasi komite ahli, tetapi dua sumber mengatakan sebelumnya pada Sabtu, dia kemungkinan telah memutuskan untuk mendukung tingkat siaga tertinggi. Tindakan ini akibat kekhawatiran tentang meningkatnya tingkat kasus dan kekurangan pasokan vaksin dan perawatan.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement