Rabu 03 Aug 2022 12:04 WIB

Salah Satu Sunnah Nabi Muhammad, Puasa pada 9 dan 10 Muharram

Nabi Muhammad biasa berpuasa pada hari Asyura.

Rep: mgrol135/ Red: Ani Nursalikah
Ilustrasi Puasa. Salah Satu Sunnah Nabi Muhammad, Puasa pada 9 dan 10 Muharram
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Puasa. Salah Satu Sunnah Nabi Muhammad, Puasa pada 9 dan 10 Muharram

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Puasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram merupakan sunnah Rasulullah SAW. Nabi Muhammad biasa berpuasa pada hari Asyura.

Ketika dia datang ke Madinah, dia menemukan bahwa orang-orang Yahudi di Madinah juga berpuasa pada hari tersebut untuk mengingat Nabi Musa (saw). Nabi menyukai tradisi ini dan berkata kepada orang-orang Yahudi, "Saya lebih dekat dengan Musa daripada Anda."

Baca Juga

Dilansir di About Islam, dia berpuasa dan dia juga menyuruh para sahabatnya untuk berpuasa pada hari itu. Sebelum akhir hayatnya, Nabi Muhammad menyuruh umat Islam untuk menambahkan hari ke-9 juga. Oleh karena itu, dianjurkan berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram.

Selain itu, dalam bukunya yang terkenal, Fiqh As-Sunnah, Almarhum Syekh Sayyid Sabiq menyatakan:

Abu Hurairah melaporkan: “Saya bertanya kepada Nabi: 'Sholat manakah yang paling utama setelah shalat wajib?' Beliau menjawab: 'Sholat tengah malam.' Saya bertanya: 'Puasa manakah yang paling baik setelah Ramadhan?' Dia berkata, 'Bulan Allah yang kamu sebut Muharram'." (HR. Ahmad, Muslim, dan Abu Dawud)

Patut dicatat bahwa ulama Muslim telah menyatakan bahwa puasa Asyura ada tiga tingkatan sebagai berikut:

1. Puasa tiga hari, yaitu pada tanggal 9, 10, dan 11 Muharram.

2. Puasa tanggal 9 dan 10 Muharram.

3. Puasa hanya tanggal 10 Muharram.

 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّنَ الْبَعْثِ فَاِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَّغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِّنُبَيِّنَ لَكُمْۗ وَنُقِرُّ فِى الْاَرْحَامِ مَا نَشَاۤءُ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوْٓا اَشُدَّكُمْۚ وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّتَوَفّٰى وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّرَدُّ اِلٰٓى اَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْۢ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْـًٔاۗ وَتَرَى الْاَرْضَ هَامِدَةً فَاِذَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاۤءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَاَنْۢبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍۢ بَهِيْجٍ
Wahai manusia! Jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, maka sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu; dan Kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak Kami sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai usia sangat tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan (tetumbuhan) yang indah.

(QS. Al-Hajj ayat 5)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement