Kamis 04 Aug 2022 07:30 WIB

Zelenskyy Kecam Gagasan Dialog dari Mantan Kanselir Jerman

Zelenskyy merespon dengan pahit gagasan berunding dengan Rusia

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
 File--- File foto menunjukkan Kanselir Jerman Gerhard Schroeder, kanan, menyambut Presiden Rusia Vladimir Putin di Berlin, Jerman, Kamis 8 September 2005. Pejabat lokal dengan partai Kanselir Jerman Olaf Scholz telah bertemu untuk mempertimbangkan seruan untuk mengusir mantan Kanselir Gerhard Schroeder . Hubungan lama mantan pemimpin itu dengan sektor energi Rusia dan penolakan untuk menjauhkan diri sepenuhnya dari Presiden Vladimir Putin setelah Rusia menginvasi Ukraina telah membuat posisi politiknya compang-camping.
Foto: AP/Herbert Knosowski
File--- File foto menunjukkan Kanselir Jerman Gerhard Schroeder, kanan, menyambut Presiden Rusia Vladimir Putin di Berlin, Jerman, Kamis 8 September 2005. Pejabat lokal dengan partai Kanselir Jerman Olaf Scholz telah bertemu untuk mempertimbangkan seruan untuk mengusir mantan Kanselir Gerhard Schroeder . Hubungan lama mantan pemimpin itu dengan sektor energi Rusia dan penolakan untuk menjauhkan diri sepenuhnya dari Presiden Vladimir Putin setelah Rusia menginvasi Ukraina telah membuat posisi politiknya compang-camping.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy merespon dengan pahit gagasan berunding dengan Rusia yang disampaikan Mantan Kanselir Jerman Gerhard Schroeder. Mantan pemimpin perekonomian terbesar Eropa itu mengatakan Rusia ingin "menegosiasikan solusi" perang.

"Sungguh menjijikkan ketika mantan pemimpin negara besar dengan nilai-nilai Eropa bekerja untuk Rusia, yang mana sedang berperang melawan nilai-nilai itu," kata Zelenskyy dalam pidatonya malamnya, Rabu (3/8/2022).

Baca Juga

Ukraina membantah pernyataan Schroeder dengan mengatakan setiap dialog tergantung pada gencatan senjata dan penarikan pasukan Rusia. Schroeder merupakan teman Presiden Rusia Vladimir Putin dan saat ini semakin diserang karena sikapnya yang pro-Rusia.

Bulan lalu ia mengatakan kesepakatan mengenai pengiriman gandum dari Ukraina yang bertujuan untuk meredakan krisis pangan global mungkin menawarkan jalan ke depan. Pengiriman pertama kapal gandum sejak perang dimulai lima bulan lalu berlayar melewati Selat Bosphorus pada Rabu (3/8/2022) kemarin dalam perjalanan menuju Lebanon.

"Berita baiknya adalah Kremlin ingin menegosiasikan solusi, keberhasilan pertama kesepakatan gandum, mungkin perlahan-lahan dapat diperluas sampai ke gencatan senjata," katanya pada mingguan Stern dan stasiun televisi RTL/NTV.

Merespon pernyataan itu penasihat presiden Ukraina, Mykhailo Podolyak menggambarkan Schroeder sebagai "suara dari Kerajaan Rusia". Ia menegaskan kesepakatan gandum tidak akan mengarah pada negosiasi yang lebih luas.

"Bila Moskow ingin dialog, bolanya ada di kerajaan. Pertama gencatan senjata dan penarikan pasukan, kemudian baru (dialog) konstruktif," kata Podolyak di Twitter.

Dalam pernyataannya General Staff of the Armed Forces of the Russian Federation mengatakan Rusia terlibat dalam aktivitas militer di timur, timur laut, dan selatan Ukraina. Rusia menembaki dan meluncurkan serangan udara ke lusinan kota di Wilayah Kharkiv.

Militer Rusia mengatakan serangan juga dilakukan di dekat pusat Kota Kramatorsk yang hendak mereka rebut saat bergerak ke selatan. Penembakan, kata militer Rusia, terjadi di sekitar delapan kota dan desa.

Laporan dari palagan tidak dapat diverifikasi secara mandiri. Militer Ukraina mengatakan Rusia mulai menggelar serangan militer ke kampung halaman Zelenskyy di Kryvyi Rih, Ukraina tengah.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement