Rabu 10 Aug 2022 20:00 WIB

Sembilan Pesawat Tempur Rusia Hancur di Pangkalan Krimea

Sembilan pesawat tempur Rusia hancur dalam ledakan di pangkalan udara Krimea

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Sembilan pesawat tempur Rusia hancur dalam ledakan di pangkalan udara Krimea. Ilustrasi.
Foto: AP/Misha Japaridze, File
Sembilan pesawat tempur Rusia hancur dalam ledakan di pangkalan udara Krimea. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Angkatan udara Ukraina mengatakan pada Rabu (10/8/2022), sembilan pesawat tempur Rusia hancur dalam ledakan besar di sebuah pangkalan udara di Krimea. Moskow membantah ada pesawat yang rusak dalam ledakan atau ada serangan yang terjadi pada Selasa (9/8/2022).

Pejabat Ukraina tidak secara terbuka mengklaim bertanggung jawab atas ledakan tersebut. Hanya saja, Kiev mengolok-olok penjelasan Moskow bahwa amunisi di pangkalan udara Saki terbakar dan meledak.

Baca Juga

Dalam pidato video malam beberapa jam setelah ledakan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy bersumpah untuk merebut kembali semenanjung itu. "Perang Rusia melawan Ukraina dan melawan seluruh Eropa yang merdeka dimulai dengan Krimea dan harus diakhiri dengan Krimea, yaitu pembebasannya," katanya.

Meski awalnya menyangkal kehancuran pesawat tempur, pihak berwenang Rusia sehari berikutnya berusaha untuk mengecilkan ledakan itu. Moskow mengatakan semua hotel dan pantai tidak terpengaruh di semenanjung, yang merupakan tujuan wisata populer bagi banyak orang Rusia.

Ledakan yang menewaskan satu orang dan melukai 13 orang ini diklaim membuat para turis melarikan diri dengan panik saat gumpalan asap membumbung di atas garis pantai terdekat. Mereka merobohkan jendela dan menyebabkan kerusakan lain di beberapa gedung apartemen.

Pesawat-pesawat tempur Rusia telah menggunakan pangkalan Saki sebagai lokasi awal dalam usaha menyerang daerah-daerah di selatan Ukraina dalam waktu singkat. Para pejabat di Moskow telah lama memperingatkan Ukraina bahwa setiap serangan terhadap Krimea akan memicu pembalasan besar-besaran, termasuk serangan terhadap Kiev.

Jejaring sosial Ukraina dihebohkan dengan spekulasi bahwa rudal jarak jauh yang ditembakkan Ukraina menghantam pangkalan itu. Penasihat presiden Ukraina Oleksiy Arestovych dengan samar mengatakan ledakan itu disebabkan oleh senjata jarak jauh buatan Ukraina atau pekerjaan milisi yang beroperasi di Krimea.

Pangkalan di semenanjung Laut Hitam yang menjuntai di selatan Ukraina setidaknya berjarak 200 kilometer dari posisi terdekat Ukraina. Wilayah ini di luar jangkauan rudal yang dipasok oleh AS untuk digunakan dalam Sistem Artileri Roket Mobilitas Tinggi M14 (HIMARS).

Militer Ukraina telah berhasil menggunakan rudal-rudal dengan jangkauan 80 kilometer untuk menargetkan gudang amunisi dan bahan bakar, jembatan strategis, dan target utama lainnya di wilayah yang diduduki Rusia. HIMARS juga bisa menembakkan roket jarak jauh dengan jangkauan hingga 300 kilometer sesuai dengan keinginan Ukraina.

Militer Ukraina juga mungkin telah menggunakan rudal anti-kapal Harpoon yang dipasok Barat. Senjata ini dapat digunakan terhadap target darat dan memiliki jangkauan sekitar 300 kilometer. "Kiev resmi bungkam tentang hal itu, tetapi secara tidak resmi militer mengakui bahwa itu adalah serangan Ukraina," kata analis militer Ukraina Oleh Zhdanov.

Jika pasukan Ukraina bertanggung jawab atas ledakan di pangkalan udara Krimea, itu akan menjadi serangan besar pertama yang diketahui di situs militer Rusia yang dicaplok Istana Kremlin pada 2014. Sebuah ledakan kecil bulan lalu di markas Armada Laut Hitam Rusia di Pelabuhan Sevastopol di Krimea disalahkan atas sabotase Ukraina yang menggunakan drone darurat.

Selama perang, Rusia telah melaporkan banyak kebakaran dan ledakan di tempat penyimpanan amunisi di wilayahnya dekat perbatasan Ukraina. Rusia menyalahkan beberapa dari insiden itu pada serangan Ukraina. Pihak berwenang Ukraina sebagian besar tetap diam tentang insiden tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement