Kamis 11 Aug 2022 16:50 WIB

Ilmuwan Temukan Virus Langya di China Timur

Virus langya menyebabkan demam akut, kelelahan, batuk dan kehilangan nafsu makan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
 Petugas kesehatan memperbaiki peralatan mereka saat orang-orang mengantre untuk tes COVID-19 di Beijing, China, 27 April 2022. Para ilmuwan di Asia telah mengidentifikasi virus baru yang dapat menyebabkan demam parah dan kemungkinan ditularkan dari hewan ke manusia di China timur.
Foto: EPA-EFE/MARK R. CRISTINO
Petugas kesehatan memperbaiki peralatan mereka saat orang-orang mengantre untuk tes COVID-19 di Beijing, China, 27 April 2022. Para ilmuwan di Asia telah mengidentifikasi virus baru yang dapat menyebabkan demam parah dan kemungkinan ditularkan dari hewan ke manusia di China timur.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Para ilmuwan di Asia telah mengidentifikasi virus baru yang dapat menyebabkan demam parah dan kemungkinan ditularkan dari hewan ke manusia di China timur. Menurut sebuah surat yang diterbitkan di New England Journal of Medicine awal bulan ini, Langya henipavirus (LayV) ditemukan pada 35 orang di provinsi Shandong dan Henan di China yang diuji antara 2018 dan 2021.

Virus tersebut dapat menyebabkan demam akut, kelelahan, batuk dan kehilangan nafsu makan. Para peneliti mengatakan, beberapa pasien juga mengalami nyeri tubuh, mual, muntah dan sakit kepala. Bahkan beberapa pasien mengalami gangguan fungsi hati.

Baca Juga

Para peneliti yang berbasis di China, Australia dan Singapura mengatakan, LayV pertama kali diidentifikasi pada seorang wanita berusia 53 tahun pada Desember 2018. Wanita tersebut berada dalam pengawasan setelah mengalami demam akut dan riwayat paparan hewan.

Para peneliti kemudian melakukan survei hewan domestik dan liar untuk melacak hewan inang virus. Para peneliti menemukan RNA Langya paling dominan pada tikus, mamalia kecil dengan moncong panjang dan mata kecil. Selain itu, sekitat 5 persen anjing dan 2 persen kambing juga dinyatakan positif Langya.

"Sekitar 27 persen tikus dites positif terkena virus. Ini menunjukkan bahwa hewan itu mungkin reservoir alami LayV," ujar para peneliti dalam laporan mereka, dilansir Aljazirah, Kamis (11/8/2022).

Penemuan LayV terjadi kurang dari tiga tahun setelah pandemi Covid-19, yang diyakini para ilmuwan juga disebabkan oleh limpahan virus dari hewan ke manusia. Sejauh ini para peneliti tidak menemukan bukti penularan virus LayV dari manusia ke manusia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement