REPUBLIKA.CO.ID, KIEV — Badan Energi Atom Internasional (IAEA) telah memperingatkan akan bencana nuklir imbas dari serangan terjadi di pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia yang dikendalikan Rusia di Ukraina. Kedua negara telah menuduh satu sama lain menembaki pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa tersebut.
“(Situasi) benar-benar di luar kendali. Setiap prinsip keselamatan nuklir telah dilanggar di pabrik (pembangkit). Apa yang dipertaruhkan sangat serius dan sangat serius dan berbahaya,” ujar Direktur Jenderal IAEA, Rafael Mariano Grossi, dikutip dari Aljazirah pada Jumat (12/8/2022).
Grossi mengaku saat ini dia tengah mempersiapkan untuk memberi pengarahan kepada Dewan Keamanan PBB mengenai keselamatan nuklir di pembangkit tersebut. Upayanya adalah untuk menyetujui dan memimpin misi ahli ke lokasi tersebut sesegera mungkin. Menurutnya IAEA telah mencoba selama berbulan-bulan untuk mengirim tim inspeksi ke pembangkit nuklir tetapi belum berhasil.
Selain itu, Ukraina telah memberi tahu IAEA tentang pemulihan saluran listrik yang dapat digunakan untuk memasok pembangkit listrik dari pembangkit listrik termal terdekat jika diperlukan. Saluran listrik eksternal ini diperlukan untuk menjaga pendinginan fasilitas yang tepat.
“Perlunya pasokan listrik di luar lokasi yang aman sebagai salah satu dari tujuh pilar keselamatan nuklir di awal konflik,” kata Grossi.
Perihal kemungkinan ledakan dari pembangkit, para ahli menyebut mungkin terjadi tapi tidak pasti kapan itu terjadi. Namun memang ada kekhawatiran tentang penembakan yang terjadi di sekitar fasilitas yang berpotensi merusak infrastruktur penting termasuk reaktor. Pembangkit ini memiliki enam reaktor berpendingin air rancangan Soviet yang mengandung uranium 235. Masing-masing memiliki kapasitas bersih 950 megawatt.
“Sulit untuk mengatakan apakah ini akan (terjadi) dan kemungkinan konsekuensinya, apa yang mungkin terjadi. Itu tergantung bagaimana ledakan itu terjadi,” ungkap Manajer Penelitian dan Transfer Pengetahuan untuk Pusat Studi Sains dan Keamanan di King's College London, Ross Peel.
Konsekuensi dari ledakan itu, kata Ross, beberapa penyakit yang bisa kita lihat dari ledakan serupa ini bisa jadi keracunan radiasi akut atau kanker yang bisa dilihat kemudian. Orang yang terpapar dalam jumlah yang tidak terlalu banyak mungkin masih menderita keracunan radiasi akut dan pulih. Untuk orang-orang yang terpapar radiasi dengan tingkat yang lebih rendah, mungkin ada lebih banyak kasus kanker hingga beberapa dekade.
“Misalnya, di Chernobyl, orang-orang yang masuk ke reaktor untuk benar-benar berdiri di atas gedung yang terbakar dan memadamkan api terkena radiasi dalam jumlah besar dan menderita dampaknya dalam beberapa jam,” ucap Ross.
Seorang profesor di Sekolah Kebijakan Publik dan Urusan Global Universitas British Columbia, Ramana, mengatakan reaktor perlu didinginkan secara konstan oleh air yang melewatinya. Jika aliran air tersebut terputus, maka berpotensi akan menciptakan tekanan tinggi dan berujung ledakan.
“Jika aliran air itu diputus, ditebang, diputus dengan cara tertentu, maka reaktor bisa kehilangan pendinginan, bahan bakar akan mulai meleleh. Itu akan menciptakan tekanan tinggi dan benda itu bisa meledak,” tambahnya.
Selanjutnya, jika ledakan di pembangkit nukir Zaporizhzhia benar-benar terjadi, kata Ramana, akan ada evakuasi besar yang disebabkan oleh awan radioaktif yang tidak terlihat. Namun pihaknya dapat melacak awan melalui instrumen sensitif yang mengukur tingkat radiasi. Hanya saja dampak kebocoran radiasi mungkin akan terasa selama bertahun-tahun yang akan datang.
“Anda mungkin akan melihat ratusan ribu orang mencoba melarikan diri dari daerah itu,” kata Ramana.