REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah menilai koalisi yang ada saat ini masih terus dinamis. Sejauh belum ada calon presiden dan cawapres yang terdaftar resmi di KPU, Dedi memandang koalisi masih bisa berubah.
"Sepanjang belum ada tokoh yang terdaftar di KPU sebagai peserta Pilpres 2024, maka sepanjang itu juga dinamika koalisi masih belum stabil," kata Dedi, Senin (15/8/2022).
Diketahui sejumlah partai sudah membentuk koalisi. Golkar, PPP, dan PAN tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Sedangkan Gerindra-PKB juga telah sepakat menjalin kerja sama di Pilpres 2024 dengan menandatangani piagam deklarasi kerja sama.
Dedi menilai KIB menjadi koalisi partai yang paling berisiko mengalami perpecahan. Penilaian itu didasarkan pada belum adanya tokoh potensial dari internal. "KIB menjadi koalisi yang paling rentan terpecah, hal ini kaitannya dengan belum adanya tokoh potensial terusung, berbeda dengan PDIP yang telah menyiapkan Puan Maharani, atau Gerindra dengan Prabowo," ucapnya.
Menurutnya konstelasi Pemilu 2024 masih belum dipastikan hingga partai atau koalisi mendeklarasikan calon untuk berlaga di Pilpres 2024. Setidaknya sampai 2023 saat partai mendeklarasikan pasangan capres-cawapres yang akan diusung.
Menurutnya, kedinamisan itu juga bisa dilihat dari beberapa partai yang belum mendeklarasikan calon, seperti PDIP dan Gerindra. "Saat ini sekalipun, termasuk PDIP dan Gerindra, sama-sama belum deklarasikan tokoh capres," tuturnya.