REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-77, Yayasan Forum Komunikasi Aktifis Akhlakulkarimah Indonesia (FKAAI) menyelenggarakan sebuah acara refleksi kemerdekaan yang diberi judul 'Tumpeng Kemerdekaan : Mengenang Perjuangan Para Pahlawan'. Kegiatan ini dilaksanakan di Jl. Rambutan VI, no.6, kel. Pejaten Barat, Jakarta Selatan.
Yayasan FKAAI mengundang lembaga kemasyarakatan Pejaten Barat, serta warga setempat untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus dengan bersilaturahmi. Hal ini merupakan upaya untuk mempererat persaudaraan antara masyarakat dan Yayasan FKAAI yang beranggotakan penyintas terorisme, mantan narapidana terorisme, dan mantan kombatan.
Agenda acara 'Refleksi : Mengenang Perjuangan Para Pahlawan' disampaikan oleh dua pembicara yaitu Gus Soffa Ihsan Pengurus MUI Pusat dan Wakil LBM PWNU DKI, dan Nasir Abas selaku pembina Yayasan FKAAI.
Gus Soffa menyampaikan tentang persatuan bangsa, dahulu para ulama mencari solusi agar dapat menyatukan umat, yaitu dengan menjadikan suatu bendera sebagai simbol naungan pemersatu bangsa. "Dengan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Kitab Al-Fitan, Jilid X, halaman 340. dari Hamisy Qasthalani, Rasulullah SAW Bersabda Allah menunjukkan kepadaku (Rasul) dunia. Allah menunjukkan pula timur dan barat. Allah menganugerahkan dua perbendaharaan kepadaku: Merah Putih," kata dia.
"Berpegang pada hadits tersebut, para Ulama Indonesia terdahulu memutuskan untuk menjadikan bendera dengan warna Merah dan Putih sebagai simbol negara. Saya juga menyampaikan agar kita sebagai umat Islam harus bersatu dan menjaga persatuan bangsa dibawah naungan bendera pusaka Merah Putih," ujarnya.
Acara Tumpeng Kemerdekaan ini kemudian ditutup dengan doa untuk kedamaian NKRI yang dipimpin oleh Moch. Taufik dari penyintas Bom JW Marriott 2003, dan makan malam nasi tumpeng bersama-sama.