REPUBLIKA.CO.ID, Suatu ketika, Rasulullah juga pernah menjenguk seorang kaum Yahudi. Awal ceritanya, seorang kafir Quraisy menyewa seorang Yahudi untuk mengganggu Rasulullah SAW. Di lorong, tempat biasa Rasulullah melaluinya ketika hendak menuju Ka'bah orang Yahudi itu akan memanggil Rasulullah.
Rasulullah tidak pernah mengecewakan siapa pun yang memanggilnya. Di saat itulah, orang Yahudi tersebut meludahinya. Apa yang terjadi? Rasulullah tidak sedikit pun marah apalagi menghardiknya.
Keesokan harinya, hal yang sama terulang lagi. Rasul tidak dendam apalagi menghindari lorong itu. Suatu ketika, Rasulullah merasa tenang karena tak ada yang memanggil dan meludahinya. Rasulullah pun heran dan bertanya kepada salah seorang penduduk setempat. Ternyata orang Yahudi tersebut sedang sakit.
Mengetahui hal itu, Rasulullah segera ke pasar lalu membawa beberapa makanan ke rumah orang Yahudi itu. Betapa terkejutnya orang Yahudi itu ketika membuka pintu dan sosok yang datang menjenguk adalah orang yang sering dia zalimi dengan meludahinya.
“Untuk apa engkau datang kemari?” tanya orang Yahudi itu.
“Karena tidak ada yang meludahiku, aku berpikir sesuatu telah terjadi. Setelah menanyakan, benar bahwa engkau jatuh sakit. Maka saya datang untuk menjenguk,” ujar Rasulullah menjelaskan tujuannya.
Seketika itu juga, orang Yahudi itu menitikkan air matanya, seraya berkata, “Ketahuilah wahai Muhammad, sejak aku jatuh sakit tidak ada satu orang pun yang datang menjengukku. Bahkan, orang yang menyewaku untuk menyakitimu, dia pun tidak pernah datang.”
Masih terisak, orang Yahudi itu terus saja berbicara. “Betapa luhur budimu Muhammad, kendati engkau telah aku ludahi setiap hari, tidak pernah engkau merasa benci dan dendam. Justru engkau datang menjenguk aku yang sekarang tidak berdaya ini. Wahai Muhammad, mengapa engkau datang menjengukku, padahal engkau aku ludahi?”
Kemudian Rasulullah menenangkannya dengan berkata, “Tenanglah, aku kemari tidak akan balas dendam. Aku hanya ingin melihat kondisimu dan mendoakanmu. Aku yakin engkau meludahiku karena belum tahu kebenaranku. Jika engkau mengetahui, aku yakin engkau tidak akan melakukannya.”
Mendengar penuturan Rasulullah, orang Yahudi itu semakin terseudu-sedu. Ia pun berujar, “Wahai Muhammad, mulai sekarang aku akan mengikuti agamamu.” Orang Yahudi itu pun mengikrarkan dua kalimat syahadat.