Jumat 26 Aug 2022 23:03 WIB

Satgas Prediksi Varian Baru Corona pada 2023 tak akan Lebih Berbahaya

Gejala yang dimunculkan akibat infeksi varian baru Corona diyakini tidak akan parah.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Andri Saubani
Juru Bicara Pemerintah untuk  Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito.
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mengingatkan agar masyarakat mempersiapkan diri menghadapi munculnya varian baru Covid-19 pada tahun depan. Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyebut, gejala yang akan ditampakkan dari varian baru tersebut diprediksi tidak akan terlalu parah dibandingkan varian sebelumnya.

“Pada prinsipnya secara ilmiah, karena kekebalan sudah terbentuk dari beberapa dosis yang sudah diterima sebagian populasi, maka manifestasi gejala yang ditampakkan pun tidak akan terlalu parah,” ujar Wiku saat konferensi pers yang disiarkan melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden, Jumat (26/8/2022).

Baca Juga

Namun demikian, suntikan vaksinasi yang sudah diterima masyarakat tak bisa memberikan perlindungan 100 persen dari penularan virus. Hal ini terbukti dari adanya fenomena reinfeksi di masyarakat.

Wiku mengatakan, kondisi ini bisa terjadi karena imunitas yang melemah akibat padatnya aktivitas, invasi varian baru, maupun karena transmisi komunitas yang juga tinggi.

“Untuk itu kita perlu disiplinkan kembali perilaku kita dalam memakai masker, mencuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas, tidur cukup kita 7-8 jam dan tetap aktif secara fisik dengan berolahraga,” jelasnya.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan Indonesia harus bersiap diri menghadapi munculnya subvarian baru Covid-19 dalam enam bulan ke depan, atau sekitar Januari-Maret 2023.

“Sekarang ujiannya 6 bulan lagi sekitar bulan Januari, Februari, Maret 2023,” kata Menkes saat konferensi pers usai rapat terbatas evaluasi PPKM, di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (23/8/2022).

Munculnya subvarian baru Covid-19 ini disebabkan karena sejumlah negara seperti Jepang, Eropa, dan Amerika Serikat mengalami peningkatan kasus harian yang sangat tinggi. Ia menjelaskan, lonjakan kasus harian yang sangat tinggi pasti akan menyebabkan terjadinya mutasi dan munculnya varian baru.

“Pasti akan ada varian baru karena adanya kasus konfirmasi setinggi ini. Itu membuat Indonesia harus siap-siap,” ujar.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement