Ahad 28 Aug 2022 14:34 WIB

Kaum Milenial Harus Tahu Tentang Blockchain 5.0 dan Perkembangannya

Technology blockchain adalah sebuah teknologi buku besar untuk mencatat semua data

Program Studi (Prodi) Teknik Industri Fakultas Teknik dan Informatika (FTI) Universitas BSI (Bina Sarana Informatika) sukses menyelenggarakan seminar dengan tema “Digital Asset Strategy & Blockchain Technology 5.0” secara hybrid.
Foto: Universitas Bina Sarana Informatika
Program Studi (Prodi) Teknik Industri Fakultas Teknik dan Informatika (FTI) Universitas BSI (Bina Sarana Informatika) sukses menyelenggarakan seminar dengan tema “Digital Asset Strategy & Blockchain Technology 5.0” secara hybrid.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program Studi (Prodi) Teknik Industri Fakultas Teknik dan Informatika (FTI) Universitas BSI (Bina Sarana Informatika) sukses menyelenggarakan seminar dengan tema “Digital Asset Strategy & Blockchain Technology 5.0” secara hybrid, dimana kegiatan luring di Aula Rektorat Universitas BSI dan daring lewat virtual Zoom dengan dihadiri oleh seluruh dosen Universitas BSI, pada Sabtu (20/8/2022) lalu.

Acara ini bekerja sama dengan Digital Asset Academi (DAC), sebagai tempat pembelajaran yang bermanfaat bagi peminat mata uang digital. Tujuan yang ingin dicapai dengan diselenggarakannya webinar ini antara lain mengenalkan perkembangan blockchain di Indonesia, menilai prospek beragam digital aset yang berlaku, serta membantu masyarakat mengetahui perusahaan atau komunitas yang tepat dalam bidang blockchain dan mata uang digital.

Baca Juga

Kegiatan seminar ini menghadirkan narasumber yakni Dr Sulistya Putra, selaku founder of Blockchain 5.0 Indonesia. Dalam kegiatan itu, ia menerangkan technology blockchain adalah sebuah teknologi buku besar untuk mencatat semua data dengan cara terdistribusi.

"Sedanga cryptocurrency merupakan salah satu implementasi dari pada blockchain. Blockchain sulit untuk diheck karena saling terhubung dan tercatat pada semua node," terangnya dalam acara tersebut.

Selanjutnya, Sulistya juga menjelaskan terkait kondisi perekonomian di Indonesia saat ini mengalami penurunan nilai mata uang yang disebabkan dari daya beli. “Di tahun 2022, nilai mata uang Indonesia menurun rata-rata lima persen-tujuh persen pertahun, menurut riset dari Digital Asset Academi daya beli uang fiat menurun terus menerus,” jelasnya.

Kemudian, kembali ia menyebutkan Relictum Ecosystem akan meningkatkan inklusi finansial karena setiap pemilik ponsel pintar bisa menjadi pengelola Bank Crypto dengan menggunakan satu aplikasi super Relictum Node untuk mengakses berbagai aplikasi terdesentralisasi DeFi (Decentralized Finance), NFT (Non Fungible Token), dan GameFi. Relictum Ecosystem berbasis Blockchain 5.0 Relictum Pro merupakan infrastruktur terbaik untuk tren Web 3.0, yaitu protokol internet berbasis blockchain.

Startup blockchain relictum sebagai solusi permasalahan ekonomi saat ini, sebab dapat memperbesar active income maupun pasif income. Karena technologi digital dan blockchain di masa sekarang membuat banyak orang lebih sukses terutama dalam bisnis,” ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement